Translate

Kamis, 25 Desember 2008

Adik kecil

Saat kutatap indah matamu

Berbinar ceria, dan ada damai disana

Saat kau lakukan hal yang kau suka

Kusadar kau punya dunia sendiri

 

Kan kubaca untukmu

Cerita pengantar mimpimu

Lelapkanlah tidurmu

Hingga mentari bangunkan dirimu

 

Tidurlah adik, buanglah semua lelahmu

Tidurlah adik tersayang

Jangan pernah kau takut

Karena ku kan ada di sampingmu

Selalu menjagamu

 

** saat kulihat kau bermain

Begitu riang dan senangnya hatimu

Terlihat di raut wajahmu

Betapa lucu dan lugunya dirimu

 

Kan kubaca untukmu

Cerita pengantar mimpimu

Lelapkanlah tidurmu

Esok hari baru telah menantimu

 

Lagu grup musik ‘base jam’ ini pernah menjadi lagu favoritku jaman SMP dulu. Setiap kali menyenandungkan lagu bersyair puitis dan menyentuh ini, tanpa sadar aku menitikkan air mata. Aku teringat adik-adikku. Bagaimana ya, nasib mereka kelak? Apakah mereka akan menjadi orang yang bahagia, ‘gagal’, atau.. seperti apa? apakah kelak mereka bisa mendapatkan pasangan hidup yang tepat, yang menyayangi dan menghargai mereka seperti orangtua kami selama ini menyayangi dan menghargai kami anak-anaknya? Entahlah, aku begitu mengkhawatirkan mereka. Dari jauh, aku hanya bisa berdoa, semoga Allah selalu memberi yang terbaik untuk mereka, sepanjang usia mereka… amin.

 

Dari kiri ke kanan: aku, Iqbal, Nanda, Rojil.

duduk: Ibu, Raya dan Ayah

luv u all...

* waktu mudik lebaran tahun lalu

Senin, 15 Desember 2008

tempat-tempat berkesan (eps.ende-flores, NTT)




sembilan bulan bermukim di Ende. inilah Ende dalam bidikan kamera. kota yang tenang dan damai. kota kecil dengan seribu kenangan...

Minggu, 14 Desember 2008

Bude Pasti Sembuh...


“Apa kabar Bude? Bagaimana perkembangannya?” tanyaku hati-hati.
“Ya, seperti ini, kadang cenut-cenutnya hilang, kadang kambuh lagi..,” jawabnya parau. Di seberang sana, aku membayangkan perempuan itu tengah menahan sakit yang luar biasa. Bude termasuk kuat. Beliau masih rajin melakukan terapi di desa sebelah tiap sore, lalu seminggu sekali beliau juga terapi ke Sidoarjo, ke seorang tabib yang kabarnya bisa menyembuhkan sakit semacam penyakit yang dideritanya melalui ramuan tradisional. Bukan main usaha bude. Meski beberapa minggu terakhir keadaannya tambah drop, sampai tak bisa duduk (hanya bisa berbaring di kasur), bude tetap berusaha agar bisa sembuh. Ya, bude pasti bisa sembuh.

Sabtu, 13 Desember 2008

tetap rileks saat ujian

            Begitu mendengar kata Ujian, hal-hal “serem”seputar itu akan segera muncul di otak kita. Mulai dari pengawas ujian yang katanya ‘kejam’, lembar jawaban yang nggak boleh kotor dikit, takut salah jawab, takut ini takut itu, pokoknya macem-macem deh, takutnya. Nah, biar nggak keder pas ujian berlangsung, ikuti tips berikut ini.

Sabtu, 25 Oktober 2008

album perangko jadul



Senin pagi kemarin. Saya menyiapkan bahan untuk mengajar di kelas 7. Materi hari itu adalah menulis surat pribadi. Saya memikirkan cara agar penyampaian materi ini bisa membuat anak-anak tertarik dan bersemangat belajar.

Saya langsung teringat album perangko koleksi saya yang sudah jadul. Perangko-perangko koleksi itu saya kumpulkan sejak SMP kelas 1 (sekarang kelas 7), waktu masih getol-getolnya menekuni dunia korespondensi alias surat menyurat. Jumlah koleksi saya sampai saat ini cukup lumayan, sekitar 300an lebih.

Rabu, 08 Oktober 2008

suatu sore di depan rumah...






mumpung libur, main sama anak seharian. main apa aja, yg penting bikin anak seneng. gak perlu jalan-jalan keluar rumah.karna raya seneng main air, kolam-kolaman punya anak tetangga yang lama dismpen digudang dimanfaatin. tinggal diisi udara, jadi deh kolamnya.. ni foto-foto raya pas main kolam-kolaman..

Senin, 06 Oktober 2008

hati-hati barang di bagasi

Ada yang beda dari mudik tahun ini, untuk pertama kalinya aku merasakan pengalaman kehilangan barang sewaktu naik pesawat. Lucunya, barang yang hilang itu nilainya nggak terlalu berharga, yaitu sebuah jilbab warna biru (kotor pula) dan compact disc berisi foto-foto anakku yang terbaru. Nggak jelas yang ngambil petugas bandara atau petugas maskapai pesawat yang kutumpangi, yang pasti barang itu kutaruh di tas ransel yang masuk bagasi.

Terjebak Macet di Pelabuhan

Lebaran tahun lalu adalah lebaran yang paling mengesankan buat kami sekeluarga. Waktu itu si kecil Raya masih belum genap tiga bulan. Sehari menjelang lebaran, kami ajak Raya mudik ke Lumajang. Dari Ende-Nusa Tenggara Timur kami mudik dengan rute pesawat Ende-Denpasar. Turun dari pesawat jam tiga sore, kami estafet dengan bus eksekutif yang berangkat jam lima. Ketika akan menyeberang, antrian panjang kendaraan menyambut kami di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Kami baru berhasil menyeberang empat jam kemudian! Waktu tempuh dari Bali ke kampung halaman yang biasanya hanya lima jam saja, berubah jadi sepuluh jam karena macet! Bayangkan capeknya. Untunglah si kecil sangat pengertian, ia nggak rewel sama sekali. Keesokan harinya pun ketika berlebaran, dia tetap segar bugar. Padahal untuk bayi yang masih menyusu ASI seperti si kecil, perjalanan panjang selama sehari semalam mungkin sangat melelahkan.

Tulisan ini dimuat di tabloid Nakita edisi 496/TH.X/4 Oktober 2008

Jumat, 12 September 2008

sebuah kisah tragis tentang pengorbanan

“Aku mau cerai, sudah kudaftarkan ke pengadilan,” ungkap sepupuku seolah tanpa beban. Mungkin karena beban itu telah menguap bersama air mata yang tak henti mengalir  selama setahun belakangan ini.  
Ingatanku melayang ke sepuluh tahun lalu, ketika ia memutuskan melakukan kawin lari bersama kekasihnya. Waktu itu ia masih duduk di bangku  kelas 2 SMU, lalu  karirnya sebagai penyanyi sedang di berada puncak, tinggal selangkah lagi punya album sendiri. Ia telah termakan janji manis sang kekasih. Dengan berbagai cara, laki-laki itu telah berhasil menghipnotisnya.

Selasa, 09 September 2008

bulan ketigabelas

 
Langkah kecil tertatih menghampiriku. Perlahan tapi pasti, sepasang tumpuan kaki telah menopang kuat tubuh mungilnya. Tiga bulan yang lalu ia mulai belajar. Lalu, di usia tiga belas bulan kemarin, kusaksikan langkah pertamanya….

Senin, 04 Agustus 2008

setahun menyusui

 

Minggu pertama di bulan Agustus ini diperingati sebagai Pekan ASI Sedunia. Keunggulan ASI dibandingkan susu formula kini semakin diakui. Bahkan beberapa tahun terakhir ini Inisiasi Menyusu Dini (IMD) semakin gencar disosialisasikan.

Sebagai ibu muda, aku punya pengalaman tersendiri tentang menyusui putri pertamaku. Alhamdulillah, sampai detik ini aku masih bisa menyusui si kecil Raya yang sekarang usianya sudah setahun lebih. Mengingat awal menyusui, adalah sebuah proses yang melelahkan. Butuh perjuangan dan kesabaran. Kebetulan ketika melahirkan, aku berhasil melakukan IMD. Sayangnya setelah itu ASI-ku nggak keluar.

Rabu, 30 Juli 2008

ke kolam renang







tadi pagi raya saya ajak ke kolam renang GOR Segiri Samarinda. ini pertama kalinya dia saya ajak kesana. wah, raya senang sekali. sayang, gak bisa mandi, gak bawa baju ganti, karna niatnya cuma jalan-jalan. ini foto-fotonya...

Jumat, 25 Juli 2008

Senin, 14 Juli 2008

Perempuan yang berdiri di dekat mesin ATM


Beberapa bulan terakhir ini, ada sebuah pemandangan baru di dekat mesin atm mandiri dekat kontrakan yang sangat menarik perhatianku. Disitu tiap hari berdiri seorang perempuan berjilbab. Sambil menenteng sebuah tas yang berisi segepok amplop, ia berdiri seharian di tempat itu. Sebenarnya nggak cuma seorang sih. Beberapa temannya secara bergantian juga ‘mejeng’ dekat atm itu. Yang sering tuh, mbak-mbak yang agak hitam manis dan yang sering pake celana ketat. Ya, penampilan mereka cukup rapi dan modis.

Mereka bukan penjaga mesin atm, bukan pula petugas keamanan. Salah seorang dari ‘kawanan’ itu pernah ngobrol denganku. Dia mengaku utusan dari sebuah yayasan yatim piatu yang berkantor pusat di Balikpapan. Perempuan itu rela berdiri sambil berpanas-panas atau kehujanan karena satu tujuan: meminta sumbangan sekedarnya dari orang-orang yang baru keluar dari atm itu. Begitu ada orang yang turun dari kendaraan hendak masuk atm, ia mencegatnya sambil memberikan selembar amplop berlogo yayasan X tersebut. Dana yang terkumpul dari amplop-amplop sumbangan itu nantinya akan diberikan untuk anak-anak yatim piatu di bawah naungan yayasan X. Kreatif juga. Lebih kreatif lagi kalo yang ‘ditodongkan’ ke para pengunjung atm bukan amplop sumbangan, tapi hasil kerajinan tangan buatan anak-anak yatim piatu yang dijual dengan harga tertentu.

Selasa, 08 Juli 2008

Tiga Bulan Pertama

Tiga bulan pertama menikah

Sehari setelah menikah, lelaki itu memboyong istrinya ke Jakarta. Pegawai negeri sipil seperti dia tidak bisa berlama-lama mengambil cuti. Di Jakarta, mereka tinggal di sepetak kamar berukuran tak lebih dari 3x4 meter, sebuah kamar kos-kosan di daerah stasiun Juanda-Gambir yang memang disewakan untuk para pekerja yang berkantor di sekitar kawasan itu.

Kamis, 26 Juni 2008

koko

Entah sejak kapan, kadang-kadang tanpa sadar saya dan suami saya memanggil anak kami dengan panggilan sayang “koko”. Panggilan ini berasal dari kebiasaan kedua adik saya—om dan tantenya Raya—yang memanggil si kecil dengan sebutan atekko (berasal dari kata adikku yang dimodifikasi,hehe..). Lama-lama, mungkin karena kepanjangan, mereka manggil Raya dengan Koko saja (diambil akhirnya). Sekarang kami berdua jadi ikut-ikutan memanggil begitu

Selasa, 24 Juni 2008

juni tahun ini (2)

 
Masih di bulan Juni, kado luar biasa kembali kuterima dariNya. Kali ini berhubungan dengan si kecil Raya. Minggu 15 Juni lalu, Raya demam. Kukira cuma panas demam biasa, efek samping tumbuh gigi—di gusi bawah ada tanda-tanda akan tumbuh dua gigi—ternyata bukan.
Hari Senin, Raya masih ceria seperti biasa, tetap makan sesuai porsi sehari-hari. Selasa, Raya tampak lesu dan lemas, gak nafsu makan, gak banyak tingkah atau ngoceh seperti biasanya. Aku belum curiga kalau sakit si kecil serius.

Senin, 09 Juni 2008

Juni Tahun Ini

Tak pernah saya bayangkan sebelumnya, juni tahun ini saya akan mendapat kado luar biasa. Siang itu, Kamis 5 Juni lalu, Samarinda diguyur hujan lebat. Suami saya sudah di kantor lagi setelah pulang ke rumah pada jam istirahat. Setelah beberapa menit, kok hujan tambah lebat, batin saya. rumah kontrakan saya bocor di sana-sini. Anak saya mulai rewel. Dengan menggendong si kecil, saya periksa seluruh ruangan. Begitu melongok kamar mandi, astaghfirullah, air selokan masuk. Posisi lantai rumah kontrakan saya memang lebih rendah dari jalan. Di pintu kamar mandi terdapat tembok pembatas setinggi lutut untuk mencegah air masuk ke dapur.

Kiat Harry Roesli Mengasuh Anjal

 
Beberapa waktu  lalu, kampus kita tercinta kedatangan tamu istimewa, yaitu Harry Roesli. Beliau diundang untuk menjadi pembicara dalam seminar dan talk show yang termasuk rangkaian LUSTRUM X UM. Dalam kesempatan tersebut, beliau membeberkan rahasia suksesnya bergaul dengan anak jalanan (anjal). Berikut petikan kisah yang berhasil direkam oleh wartawan Komunikasi, RF. Dhonna.

Siapa yang tak kenal Harry Roesli. Sosok dan kiprahnya sebagai seniman sekaligus budayawan sudah tidak diragukan lagi. Selain itu, pria gaek yang kerap tampil nyentrik dengan busana serba hitam ini juga dikenal sebagai kolumnis senior di sebuah surat kabar terkemuka di Indonesia. Kini sejak muncul sebagai komentator tetap di acara Akademi Fantasi Indosiar (AFI) dengan ciri khasnya yang suka melontarkan akronim-akronim ‘jahil’, wajah pria kelahiran 10 September 1951 ini semakin familiar di mata masyarakat.  Tapi tak banyak yang tahu jika sosok sederhana ini ternyata juga seorang pengayom anjal. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 3624 anak! Hebatnya, sampai saat ini ia mengaku tak pernah mengalami kesulitan berarti dalam mencari dana untuk kelangsungan hidup para anjal itu. “Alhamdulillah, meskipun tidak terorganisir dengan baik, dana untuk mereka selalu ada,” ucapnya penuh syukur.

Makam Bung Karno, Daya Tarik Terbesar Kota Blitar

Bulan Agustus identik dengan Bung Karno, karena tepat pada 17 Agustus enam puluh tahun yang lalu, beliau memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia bersama Bung Hatta. Beberapa waktu lalu, Komunikasi berkesempatan mengunjungi komplek makam Putra Sang Fajar ini di kota Blitar. Komplek makam yang kini dilengkapi perpustakaan itu belum sepenuhnya selesai. Meski bangunan baru itu sudah dioperasionalkan sejak 3 Juli 2004 lalu, proses penyempurnaan bagian-bagian gedung tiga lantai itu masih tetap berlangsung.

Sebuah patung Bung Karno dalam posisi duduk dan sedang memegang buku dengan tinggi sekitar 2 meter, akan tampak pertama kali begitu pengunjung memasuki halaman komplek makam Bung Karno dari arah selatan. Patung yang terlihat dari luar gedung itu tampak elegan. Melengkapi nuansa kemegahannya, tampak pula deretan pilar-pilar setinggi 6 meter pada bangunan terbuka di bagian tengah komplek, berjejer dengan kolam ikan yang memanjang dari arah utara-selatan. Pada bangunan terbuka yang berfungsi sebagai open theater itu, pengunjung juga dapat melihat relief perjalanan hidup Soekarno dan manuskrip proklamasi yang terpahat di dinding.

Minggu, 08 Juni 2008

nokia 3310-ku

Seorang teman pernah bertanya padaku, "seandainya ada orang yang pengen nukar hape nokia 3310 kamu dengan hape keluaran baru yang lebih canggih, kamu mau nggak?" Tanpa pikir panjang, kujawab, "nggak mau!"
Ada banyak alasan, kenapa hape yang sekarang dianggap kuno itu kupertahankan. Hape itu punya nilai historis tinggi. Aku harus bersusah payah mendapatkannya.
Nokia 3310 yang sampai detik ini masih 'sehat' itu kubeli dari hasil keringatku sendiri pada 22 Oktober 2004 silam seharga 400 ribu. Hape itu--meski seken-- kubeli dalam kondisi cukup baik, lengkap dengan ces asli dan box-nya. Jauh sebelum itu, aku sangat menginginkan sebuah hape. Meski jelek nggak pa-pa, yang penting bisa dipakai telpon dan sms. Makanya, ketika akhirnya aku bisa beli hape, aku seneeeng banget.
Sebagai mahasiswa yang punya mobilitas tinggi (cie..), aku merasa sangat terbantu dengan adanya hape. Prinsip kerjanya yang memudahkan komunikasi benar-benar aku rasakan.
September 2004, redakturku di Majalah Komunikasi menawariku sebuah side job. "Mau nggak jadi panitia pameran buku internasional? honornya lumayan lo." Mendengar kata honor, tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mengiyakannya (maklum, lagi maruk-maruknya, he-he..). Ini kesempatan emas untuk menambah isi dompet yang hampir tiap bulan selalu minus.

traveling






satu siang di warung bambu, warung apung di Lumajang

full smile

Assalamualaikum adek, selamat pagi…

Hmm.. senyum yang indah

Anak sehat, bangun tidur nggak nangis….

Senyuman sepanjang hari buat Ayah dan Bunda

Dari adek yang selalu kuat dan bersemangat

Dari adek yang cerdas dan solihat

Dari adek yang ceria dan bahagia

Sambut cinta dan kasihNya

Lalu tebar di semesta dengan tulus ikhlas

Selamat malam adek, selamat tidur

Lelaplah dengan senyum paling indah

Peluk cium kami untukmu

Ceritakan mimpi semalammu esok hari

Senandung cinta buat Raya

sisi lain Iqbal

Pagi itu, datang sebuah kabar yang mengejutkan dari adik laki-lakiku, Iqbal, "mbak, aku kesuk ate budhal mondok (aku besok mau berangkat mondok--nyantri di pondok pesantren)," katanya. aku tercenung lama. dalam waktu dua bulan, satu lagi penghuni rumah yang akan pergi. setelah aku ke ende, adikku ke curah kates-jember. Rupanya tahun 2007 ayah-ibuku harus ikhlas "kehilangan" dua anak sekaligus.

sebenarnya sudah lama aku mendengar rencana iqbal untuk mondok. tapi waktu itu, kupikir dia hanya ingin saja, nggak serius. ternyata keinginannya yang satu ini begitu kuat. Aku ingat, dia mengungkapkan keinginan ini pertama kali sekitar 3 tahun yang lalu. Tapi kedua orantuaku keberatan, karena tidak ingin 2 anaknya meninggalkan rumah dalam waktu bersamaan. Waktu itu aku baru setahun kuliah di Malang. Akhirnya orangtuaku berjanji, begitu aku lulus, mereka akan mengabulkan keinginan iqbal. Ya, sementara waktu, iqbal terpaksa harus mengalah untukku.

tentang seorang kawan

 
Siang itu panas banget. Setumpuk naskah cerpen di depan mata saya—yang menunggu giliran untuk diseleksi—membuat suasana tambah gerah. Waktu itu saya masih mahasiswa semester tiga, ditugaskan menjadi sekretaris pelaksana sebuah lomba menulis oleh organisasi mahasiswa intra kampus yang saya masuki sejak semester satu, UKMP.

14-17 juli 2007



Sabtu 14 juli 2007 pukul 21-an. Mendadak perutku sakit. Rasanya seperti ingin buang air besar. Setiap 5-10 menit sekali, sakit itu menderaku selama 1 menit. Malam itu aku tak bisa memejamkan mata. Perlahan ketegangan merayap—inikah saatnya? Inikah pertanda bahwa bayi yang bersemayam di rahimku sembilan bulan lamanya akan segera lahir? Inikah yang namanya kontraksi? Keesokan harinya, kukonsultasikan hal ini pada Mbak Tri, bidan depan rumah.

Selasa, 03 Juni 2008

prihatin insiden monas

Saya malu, sedih sekali menyaksikan peristiwa penyerangan yang dilakukan oleh sebuah ormas berembel-embel Islam kepada sekelompok massa yang bernaung di bawah ormas ‘beraliran’ kebangsaan, pada Minggu 1 Juni kemarin di Monas. Bagi saya, peristiwa itu tidak hanya mencoreng Islam sebagai agama penuh cinta dan kasih sayang, tetapi juga mempertanyakan moral bangsa ini. Rekaman tragedi penyerangan itu yang ditayangkan di semua stasiun televisi, menggambarkan dengan jelas betapa brutalnya ormas Islam itu. Mereka memukuli semua yang ada di Monas—tak peduli apakah mereka wanita, anak-anak, atau manula—merusak semua properti yang ada, begitu membabi buta, persis seperti binatang, anarkis, tidak berperikemanusiaan sama sekali.

Kamis, 29 Mei 2008

Vibi






Kupandangi Vibi dari jauh. Penampilannya masih tetap sama dengan setahun yang lalu, ketika pertama kali dia menemaniku jalan-jalan bersama Rino, cowokku, di suatu sore yang indah. Vibi memang cantik dan menyenangkan. Dia juga lincah. Tak heran jika Rino sangat menyayanginya.
“Perasaan sayang gue ke elo, sama seperti perasaan sayang gue ke Vibi,” kata Rino suatu hari.
Pernyataan ini jelas membuatku sedih, marah, dan cemburu. Bagaimanapun, aku nggak terima disamakan begitu saja dengan Vibi. Aku ceweknya, seharusnya aku berhak mendapatkan kasih sayangnya secara utuh. Tetapi akhirnya aku sadar, sebelum mengenalku, Rino sudah bersama Vibi. Vibi adalah separuh napasnya, aku tidak bisa memisahkan Rino Dari Vibi, begitu juga sebaliknya. Perlu waktu lama untuk memahami semua ini.

Senin, 26 Mei 2008

Dompet

Cerpen: R.F.Dhonna

Titik-titik hujan mulai membasahi tubuh ringkih yang kedinginan itu. Sesekali ia terbatuk-batuk. Musim hujan kali ini membuat pemuda itu tersiksa oleh penyakit menahun yang dideritanya. Tiba-tiba ia teringat Suyatno. Mungkin ini karma, karena dulu ia sering menghardik Suyatno, rekannya sesama gelandangan.

“Heh, kuping gue bisa budeg kalau lu dikit-dikit batuk. Diam sebentar kek, Tokek aja bunyinya sejam sekali,” hardiknya ketika itu.

Di lingkungan pemulung dan gelandangan TPA Kedaeng, pemuda gondrong berusia 20-an itu terkenal dengan nama Gopal. Padahal kedua orangtuanya memberinya nama Abdul Gofar.

Senin, 19 Mei 2008

Ulang Tahun Anggi


Cerpen RF.Dhonna
Anggi memandangi kebun bunga di belakang rumahnya. Hmm, cukup luas juga. Pasti asyik kalau ulang tahunnya nanti dirayakan di sini, seperti usul Tity, teman dekatnya.
“Nggi, daripada kamu pusing mikirin acara kayak apa yang cocok buat ultah kamu, mending nyontek Inge deh, pesta kebun,” usul Tity tadi siang di sekolah.
“Hah, nyontek pestanya Inge? Mending aku nggak ngadain pesta sekalian,” jawab Anggi ketus. Dia nggak mau nyontek pesta rivalnya sebulan yang lalu.
“Waktunya mepet non, tiga hari lagi!” kata cewek berpipi tembem itu semangat.
“Ah, kamu nggak ngerti sih.”
“Kenapa, Aksan? Dengerin ya, kalau Aksan emang suka sama kamu, dia pasti bakal milih kamu daripada Inge.”
“Jangan sok tahu, ah,” timpal Anggi.
Kini ia telah berubah pikiran, segudang rencana telah tersusun rapi di kepalanya.

Rabu, 14 Mei 2008

Jelang Dua Puluh Empat Tahun Hidup Sebagai Perempuan

“Betapa enaknya terlahir sebagai laki-laki.” Itulah pendapat saya dulu (bahkan sampai sekarang pendapat itu terkadang masih sering terlintas di kepala saya). Dibanding makhluk bernama perempuan, selama ini laki-laki distereotipkan lebih ‘bebas’, lebih kuat, lebih berani, dan masih banyak lebih-lebih yang lain. Saya sempat iri dengan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki laki-laki. Meskipun saya tak menampik bahwa perempuan pun punya banyak keistimewaan—diantaranya surga berada di telapak kaki ibu—tapi tetap saja, bagi saya laki-laki itu punya banyak kelebihan.