Suasana masih lengang ketika Danesh menyusuri lahan parkir di kawasan komplek pertokoaan Betiri. Lalu lalang kendaraan belum terlalu padat. Beberapa pedagang kaki lima tampak mulai berbenah. Masih terlalu pagi memang.
Danesh duduk menunggu di sebuah sudut, tepat di sebelah Betiri Mall yang berdiri megah di kawasan komplek itu.
Matahari hampir di atas kepala. Berkali-kali Danesh melongokkan kepala. Seseorang yang berjanji akan menemuinya di tempat itu belum juga muncul.
Danesh sudah hampir meninggalkan tempat itu ketika tiba-tiba terdengar suara khas yang memanggil namanya. Itu dia yang ditunggunya. Seorang pemuda berambut gondrong, berusia sekitar tujuh belas tahunan. Penampilannya dekil dengan pakaian compang-camping. Itulah Togar, seorang preman jalanan yang dikenalnya beberapa bulan lampau.
Sambil mengeluarkan sebungkus nasi dan sebuah radio dari tas ranselnya, Danesh menghampiri Togar. Diulurkannya benda itu, tapi…