Kupandangi Vibi dari jauh. Penampilannya masih tetap sama dengan setahun yang lalu, ketika pertama kali dia menemaniku jalan-jalan bersama Rino, cowokku, di suatu sore yang indah. Vibi memang cantik dan menyenangkan. Dia juga lincah. Tak heran jika Rino sangat menyayanginya.
“Perasaan sayang gue ke elo, sama seperti perasaan sayang gue ke Vibi,” kata Rino suatu hari.
Pernyataan ini jelas membuatku sedih, marah, dan cemburu. Bagaimanapun, aku nggak terima disamakan begitu saja dengan Vibi. Aku ceweknya, seharusnya aku berhak mendapatkan kasih sayangnya secara utuh. Tetapi akhirnya aku sadar, sebelum mengenalku, Rino sudah bersama Vibi. Vibi adalah separuh napasnya, aku tidak bisa memisahkan Rino Dari Vibi, begitu juga sebaliknya. Perlu waktu lama untuk memahami semua ini.