Translate

Jumat, 21 September 2012

Selokambang dan Nostalgia Tahu Petis

Ada satu tempat yang sangat ingin saya datangi setiap pulang kampung, yaitu sebuah kolam pemandian alam yang dikenal dengan nama Selokambang. Jika tidak mampir kesana, rasanya ada yang kurang. Ya, meski di kota kelahiran saya saat ini banyak dibuka pemandian baru yang lebih modern, tempat-tempat itu tak mampu mengalihkan pesona Selokambang dari daftar kunjungan saya.



13411470201052854905
kolam utama

Kamis, 20 September 2012

Pindahan


Hidup berpindah-pindah itu nggak enak. Saya mengalaminya berkali-kali.
Pertama, saat pindah tinggal dari rumah ke tempat kos, karena diterima studi di perguruan tinggi luar kota. Saat jadi mahasiswa, saya pindah kos sampai tiga kali. Ketika pindahan, ribetnyaaaa minta ampun!
Kedua, setelah menikah, saya pindah tempat tinggal ke Jakarta, mengikuti suami. Awal-awal berumah tangga, properti yang saya punyai yaitu sebuah setrika, beberapa gantungan baju, toples, barang pecah belah buat mamin nggak lebih dari lima, teko air, galon, kabel rol, bak cuci, kontainer plastik tempat nyimpen baju kotor, tv agak rusak, kipas angin, dan pisau. Karena tinggal di kamar kos, beli banyak barang juga nggak ada tempat.

Jangan Anggap Enteng Demam!



                                               Tetap ceria meski tangan diinfus: saat masuk RS untuk kedua kalinya.

Pagi itu ada yang tak biasa pada tingkah laku si kecil Raya. Biasanya begitu bangun dia langsung turun dari kasur dan menghampiri saya di dapur.  Hari itu meski sudah bangun Raya seperti enggan beranjak. Sampai saya selesai masak pun, dia tetap telentang di kasur. Saya perhatikan wajahnnya lesu, gerakannya melemah, dan ocehannya nggak terdengar sama sekali. Saya raba dahinya, astaga, panas!
Saat itu Raya masih berumur 11 bulan, pertama kali mengalami demam tinggi. Saya periksa suhu tubuhnya dengan termometer. Hasilnya, 39 derajat celcius! Dalam keadaan panik, saya langsung memberinya obat penurun panas menggunakan oral drop.
Pagi berikutnya, suhu tubuh Raya agak turun. Meski sedang demam, Raya nggak rewel. Hanya saja gerakan tubuhnya semakin melemah. Melihat keadaan si kecil, air mata saya tumpah. Sejak kemarin si kecil yang selalu riang dan ramai, tiba-tiba hanya bisa terbaring tak berdaya di tempat tidur. Sedih, panik, bingung, campur jadi satu. Menjelang sore, saya pun nekat membawanya ke laboratorium terdekat untuk periksa darah. Betapa tercengang saya membaca hasilnya, positif demam dangue!
Tanpa pikir panjang, Raya saya larikan ke RSU. Syukurlah, lima hari kemudian Raya dinyatakan sembuh. Rasanya bahagia melihatnya kembali ceria dan berceloteh riang. Dari peristiwa itu, saya belajar, bahwa sakit demam tidak bisa dianggap enteng. Kita harus cermat memperhatikan apa penyebab demam itu dan segera mengatasinya dengan penanganan yang tepat.