Toilet Training: Sukses BAK, (Belum) Sukses BAB

Sejak usia sebulan, setelah mandi sore, Raya selalu kupakaikan diaper (lampin/popok sekali pakai). Pagi sampai sore pakai popok kain. Selain efektif mencegah pipis dan pup kemana-mana (sehingga kebersihan tetap terjaga), diaper sangat membantuku mencegah kelelahan di malam hari.

Sebagai ibu baru yang jauh dari keluarga, selain suami, tidak ada lagi yang bisa menggantikan pengasuhan si kecil dariku. Waktu itu belum ada pembantu/pengasuh. Setiap hari kerja, dari pukul 08.00—17.00 Raya bersamaku. Otomatis saat suami pulang kantor, tinggal capeknya. Kebayang dong, kalau setelah mandi sore sampai pagi besoknya Raya pipis berkali-kali, aku dan suami, berdua saja, harus bolak-balik gantiin popoknya. Trus ngepel lantai yang kena pipis (ya kalau di satu titik. kalau beberapa titik?). Belum lagi kalau Raya nangis misalnya, harus segera ditenangkan dengan segenap tenaga dan pikiran. Lalu tugas rutinku menyusui ASI setiap 3 jam sekali—kadang sambil terkantuk-kantuk di tengah malam buta—whoaaa…bisa remuk redam tubuh ini! Makanya, biar praktis, ekonomis (hemat air PAM + deterjen, tapi enggak hemat buat beli diaper ^_^), dan enggak buang-buang energi, si kecil kami pakaikan diaper.

Lepas tiga bulan, Raya kupakaikan diaper dari pagi hingga ke pagi lagi (sepanjang hari nonstop). Bukannya apa-apa, gerakan si kecil yang semakin aktif membuat kami kewalahan jika harus bolak-balik mengganti bajunya tiap kali kotor kena pipis. Dengan kata lain, (lagi-lagi) biar enggak capek.

Awalnya orangtua/saudara/teman-teman sepertinya pada menjudge-ku ‘ibu yang malas’. Belakangan mereka ngeh, ternyata ngurus bayi ‘sendirian’ tuh capeknya memang minta ampun.

Lalu, lain waktu mereka menasihatiku.

“Hati-hati lho, keseringan pakai diaper bisa bikin kelamin anak penyakitan.... .”

Atau,

“Enggak kasihan kah, sama si kecil? Ketutup terus. Kita aja kalau lagi datang bulan seharian pakai pembalut enggak nyaman banget, apalagi si kecil?”

Awalnya khawatir juga setelah dengar cerita mereka dalam berbagai versi. Tapi setelah tanya sana sini, googling, plus buktiin sendiri (Alhamdulillah Raya enggak pernah mengalami ruam popok atau sejenisnya), ternyata pakai diaper seharian aman-aman aja kok. Asal rajin ngganti diaper yang sudah penuh, sering bersihin kemaluan anak tiap kali ganti, dan pilih diaper yang kualitasnya oke (misalnya yang bahannya bagus, punya sirkulasi udara tapi enggak bikin tembus).

Pemakaian diaper ini berlangsung hingga sekarang. Tetapi tentu saja frekuensi pemakaiannya enggak seperti dulu. Sekarang cuma pakai menjelang tidur malam saja, buat mencegah ngompol. Bangun tidur langsung dilepas. Kalau pakai perlak, panas.

                                               

                                                * * *

Waktu Raya setahun, terbersit keinginan untuk melatihnya toilet training (TT), sudah beli tempat TT yang pakainya sambil duduk kayak naik kuda, tapi enggak terealisasi karena enggak memungkinkan untuk dilakukan dan aku-nya belum siap mental. Melatih anak TT kan butuh kesabaran ekstra, harus rela tidurnya keganggu buat natur si kecil, rela nunggu lama sampai pipisnya keluar, dll. padahal pagi harinya aku harus ngajar. Raya juga enggak mau disuruh duduk di tempat TT-nya kalau kebelet buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Untuk BAB, dia malah lebih senang BAB di diaper-nya. Jadilah sehari-hari Raya masih tetap pakai diaper. Dan tempat TT itupun mangkrak tak berdaya di kamar mandi.

Dalam hati aku bertekad, usia dua tahun nanti Raya harus bisa lepas diaper! Pertimbanganku, mungkin di usia itu Raya sudah bisa bilang pipis atau eek dengan jelas, kalau kebelet bisa ngontrol keinginan itu dengan baik.

Alhamdulillah, tekadku terwujud. Begitu dua tahun, tanpa dilatih TT pun, tiba-tiba Raya bisa bilang pipis dengan tepat dan mengerti maknanya (bahwa pipis dilakukan di kamar mandi dengan posisi jongkok, setelah itu V-nya dibasuh dengan air bersih pakai gayung). Mungkin ini ya, yang disebut kemampuan naluriah yang secara alami akan muncul pada anak-anak jika usianya sampai pada usia perkembangan tertentu … ^_^.

Namun tidak demikian dengan ketika BAB. Sampai sekarang, meski sudah bisa bilang eek dengan jelas, Raya masih belum bisa mengkondisikan diri dengan benar. Kadang pup-nya sudah keluar baru bilang, “Bunda, eek… .”  :(

Sampai hari ini aku tetap berusaha, bagaimana caranya supaya Raya mau duduk di tempat TT-nya ketika hendak BAB. Biar toilet training-nya sukses semua, sukses melatih BAK sekaligus BAB.

Hmmm, harus bersabar lagi….

Semangat!!!