Translate

Kamis, 20 September 2012

Pindahan


Hidup berpindah-pindah itu nggak enak. Saya mengalaminya berkali-kali.
Pertama, saat pindah tinggal dari rumah ke tempat kos, karena diterima studi di perguruan tinggi luar kota. Saat jadi mahasiswa, saya pindah kos sampai tiga kali. Ketika pindahan, ribetnyaaaa minta ampun!
Kedua, setelah menikah, saya pindah tempat tinggal ke Jakarta, mengikuti suami. Awal-awal berumah tangga, properti yang saya punyai yaitu sebuah setrika, beberapa gantungan baju, toples, barang pecah belah buat mamin nggak lebih dari lima, teko air, galon, kabel rol, bak cuci, kontainer plastik tempat nyimpen baju kotor, tv agak rusak, kipas angin, dan pisau. Karena tinggal di kamar kos, beli banyak barang juga nggak ada tempat.
Baru tiga bulan di Jakarta, eh, harus segera pindah ke Ende-NTT. Waks!
Maunya barang-barang yang sudah ada itu dipacking, dibawa pulang ke rumah orangtua. Gara-gara mudik duluan ke rumah ortu, suami menghibahkan semua barang itu ke tetangga sebelah jadi nggak tahu. Tahunya, tv agak rusak aja yang laku terjual 100 ribu. Huft, meski agak kecewa, mau nggak mau harus ikhlas. Sudah dikasihkan orang, mau apa?
Episode di Ende lebih seru. Rumah kontrakan sudah dilengkapi kulkas, kasur dua biji lengkap dengan bantal guling, alat-alat dapur, tv 14 inch, lemari pakaian olympic, mejikom, seperangkat blender philips, kipas angin, pokoknya sempurna. Eh, sembilan bulan kemudian dimutasi ke Samarinda. Terpaksa harta gono gini itu diobral (kecuali blender). Dan uang hasil ‘mengobral’ itu tidak cukup untuk membeli properti kerumahtanggaan baru di tempat yang baru. Rugi berat deh.
Setahun lalu, pindah lagi (kali ini hanya sementara, kira-kira dua tahun, setelah itu kembali lagi ke Samarinda, he…) ke Malang untuk lanjut studi master. Tapi Alhamdulillah di Malang nggak jadi kontraktor, tapi dapat rumah. Nekat beli buat invest.
Rasanya sama ketika pindah. Bedanya, kali ini nggak perlu jual barang, malah beli barang baru lagi buat ngisi rumah sendiri.
Yah, dari beberapa kali pindah itu, ada rasa yang sama, yaitu sedih, serasa ada sesuatu yang tertinggal. Juga repot!  ^_^
Begitu juga ketika beberapa hari lalu saya terpaksa harus segera pindahan dari rumah virtual saya sejak 2008, karena rumah itu akhir tahun akan digusur, dijadikan tempat bisnis sama pengembangnya, hehe. Setelah bingung mau pindah kemana, akhirnya nemu rumah ini. so, semua yang ada di rumah lama, diimport rame-rame ke rumah baru. Sukses! Tapi beberapa album foto tidak bisa diimport oleh sistem. jadi harus donlot manual. 

Sedih deh… selamat tinggal multiply…

Sekarang, inilah ‘rumah baru’ saya, tempat berbagi rasa dan cerita. mudah-mudahan nggak pindah lagi. Sudah ya, mau beberes dulu, ngecat-ngecat yang perlu dicat, renov yang perlu direnov, biar cantik kayak yang punya, hehehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊