Translate

Senin, 13 November 2017

Yuk, Cerdas Ber-WAG

sumber gambar: https://www.cybrary.it/channelcontent/new-type-of-whatsapp-phishing-attack/

Sampai hari ini, ada berapa grup WhatsApp (WAG) yang Anda ikuti? Sepuluh, dua puluh, atau lebih? Saya sendiri (terpaksa) mengikuti 17 WAG, diantaranya WAG sekolah kedua anak saya, WAG keluarga besar dari pihak ibu saya, WAG RT, WAG tempat kerja, WAG almamater, WAG istri pegawai tempat suami saya dinas, dan beberapa WAG komunitas. Ada kata terpaksa dalam kurung, karena sebagian besar bukan saya yang minta bergabung, tetapi ulah salah satu anggota WAG yang menjebloskan saya kesana tanpa ijin terlebih dahulu.
Bagaimana rasanya berada dalam pusaran belasan WAG? Puyeng!


Di salah satu WAG, ada ibu-ibu yang hobi banget membagikan artikel-artikel hoax dan bernada kebencian (hate speech). Artikelnya panjang-panjang. Saya nggak yakin setiap artikel yang dia bagikan dibaca lebih dulu. Paling baca judulnya doang langsung share. Saya sampai berburuk sangka, nih ibu apa pengangguran banget ya di rumahnya? Setiap hari kok menyebarluaskan konten negatif melulu. Atau, sebenarnya dia bukan pengangguran, tetapi oknum sindikat saracen yang dapat bayaran dari pekerjaannya membagikan konten negatif itu? Saya sudah pernah menegurnya, saya unggah draf UU ITE no.19 tahun 2016 dan fatwa MUI no.24 tahun 2017 di WAG. Eh, bandel!
Ada juga bapak-bapak di sebuah WAG yang hobi membagikan gambar-gambar berbau pornografi dan pelecehan terhadap perempuan. Padahal istrinya berpenampilan tertutup dan keduanya terlihat sebagai pasangan yang alim. Astaga, kok bisa ya? saya nggak berhenti nepok jidat. Lagi-lagi saya terpaksa berburuk sangka, apa si bapak itu kurang puas dengan istrinya, sehingga di WAG dia mengunggah gambar-gambar seronok? Atau, punya kelainan seksual? Hiiiy... saya jadi bergidik.
Selain masalah unggahan, keaktifan dalam berinteraksi juga jadi masalah pelik. Pernah di WAG, seorang ibu marah-marah karena pertanyannya terlambat direspon oleh anggota lain. Begitu dijelaskan kalau waktu itu ibu-ibu lain sedang sibuk menemani anaknya belajar menjelang UTS, baru deh diam. Hidup kami bukan cuma buat mencet-mencet keyboard handphone trus haha hihi di WAG kali bu... . Kalau memang butuh obrolan privat, ya jangan di-share di grup lah. Karena tidak semua orang kan, punya waktu untuk scroll dan baca semua obrolan yang sehari jumlahnya bisa sampai ratusan obrolan?

Di WAG X lain lagi ceritanya. Pernah saya ditawari melakukan kegiatan ibadah berjamaah oleh seseorang di grup itu. Saya menolak baik-baik, karena saya memang tidak bisa pamer-pamer ibadah yang saya lakukan. Bagi saya, ibadah itu urusan saya sama Tuhan. Eh, dia langsung ngecap saya terlalu keduniawian lah, menomorduakan Tuhan lah, bla bla bla... komentar yang bikin sakit hati. Duh, ternyata ujian juga ada ya di WAG.

Yang paling bahaya itu sebenarnya WAG teman-teman sekolah anak saya yang masih kelas 5 SD. Kebetulan saya memang belum mengijinkan anak saya punya smartphone. Jadi ketika di kelasnya ada WAG, ya pakai nomor saya. Kaget juga awalnya dimasukkan ke grup, ini grup apa? Kan sudah ada grup walimurid. Ini ortunya gimana sih, masih kecil kok sudah dikasih smartphone? Oke, mungkin saya yang kolot atau apa. Tapi setahu saya, anak SD belum siap pegang smartphone, filternya belum matang. Ini tinjauan dari ilmu psikologi lho. Trus tahu nggak, apa yang dibagikan anak-anak di WAG? Berita-berita hoax juga! Dan ini bahaya lho... karena anak-anak gampang percaya. Duh...

Apa saya anti gabung WAG? Sebenarnya tidak kalau yang dibahas disitu sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya grup. Jangan bikin WAG keluarga besar tapi yang dibahas isu PKI bangkit lagi, menghujat presiden, dll masalah politik yang nggak ada kaitannya dengan keluarga besar. WAG wali murid yang dibahas masalah sekolah dan pendidikan anak-anak, WAG RT membahas masalah RT, ini baru cerdas! [RF. Dhonna]











2 komentar:

  1. Wah, variasi banget WAG e mbak. Ada pula WAG Istri pegawai ya, di kantor suami istrinya gak ada WAG. Terus yang kirim gambar2 porno kok ya bapak2 tho, megelno. Untung di wag suamiku gak gitu nek ada tak leave grup hahahaha
    kalau WAG keluarga besarku kdang bahas diet keto hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, mending ngunu ada manfaate secara langsung, daripada mbahas masalah sing ndakik-ndakik plus belum jelas kebenarannya, apa manfaate buat keluarga besar kita? suwun wes mampir :)

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊