Translate

Kamis, 27 Desember 2012

Jampersal



“Habis berapa kemarin?” tanya saya pada adik ipar yang baru melahirkan.
“Gratis, dapat jampersal,” jawabnya.
“Enak ya, gratis,” saya menimpali.
“Apanya yang enak? Habis ini wajib KB.”
“Maksud sampean?”
“Waktu ngurus Jampersal aku disuruh tanda tangan perjanjian bermaterai, Mbak. Isinya setelah melahirkan wajib KB. Tapi terserah milih yang mana.”

Di Samping, Bukan di Belakang




Selama ini mungkin kita sering mendengar kalimat seperti ini, “Di belakang kesuksesan suami, ada istri yang luar biasa.” Terus terang, saya kurang setuju dengan kalimat itu. Menurut saya, kata ‘di belakang’ terasa kurang menghargai istri sebagai pasangan hidup. Arti kata tersebut cenderung merendahkan posisi para istri. 

Ibarat naik mobil, penumpang yang duduk di samping sopir biasanya lebih diperhatikan daripada yang duduk di belakang sopir. Dalam konteks rumah tangga, posisi ‘di samping’ itu menandakan kesejajaran, kesetaraan, menggambarkan kondisi yang seiring sejalan, tidak ada yang di depan atau di belakang, tidak ada yang superior atau inferior. Suami istri berdampingan sebagai mitra, saling bekerja sama, saling bertanggung jawab, tidak ada ‘ini bagianmu, itu bagianku’. Senyampang salah satu pihak bisa melakukan-lakukan, tidak perlu ada pembedaan peran. Suami saya misalnya, ketika saya sibuk memasak di dapur dan tidak bisa ditinggal, dia nggak keberatan ketika saya mintai tolong belanja cabe dan bawang di tukang sayur.

Rabu, 14 November 2012

Jadi Orangtua yang Menyenangkan




Saat sudah menjadi Ibu seperti sekarang, saya sering tiba-tiba terkenang masa kecil. Saya ingat ketika Ibu membelikan saya permen coklat berbentuk payung di toko depan rumah, ingat waktu umur empat tahun ayah dan ibu mengajak saya rekreasi ke Bali, ingat saat tiap lebaran dapat baju baru, ingat waktu pertama kali diajak ortu jalan-jalan ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), ingat ketika menemani ayah belanja di Pasar Turi pulangnya dibelikan es krim cone… . Semua itu membuat saya bahagia. Sampai  detik ini kesan itu masih terasa. Memori-memori masa kecil itu membuat saya berpikir, apa anak saya juga merasakan kebahagiaan yang sama, seperti yang saya rasakan dari perlakuan kedua orangtua saya dulu? Apa sebagai Ibu, saya sudah sukses menjadi Ibu yang menyenangkan bagi anak saya?

Selasa, 13 November 2012

Noda di Baju


Raya suka sekali makan es krim. Tiap kali kuajak belanja, yang dibeli bukan snack, tetapi es krim. Sebenarnya senang aja lihat si kecil suka es krim yang bahan baku utamanya susu, sebab Raya tidak suka susu. Pernah waktu makan es krim di mall lupa enggak ambil tisu. Begitu habis, dia nggak sadar ngelap mulutnya yang kotor pakai baju. Jadi kerja keras deh, nyuci bekas es krim di baju.


Dimuat di Tabloid Nakita no.649/th. XIII/5-11 september 2011

Diomelin Mertua


Raya sangat sensitif. Dia gampang merajuk, ujung-ujungnya nangis. Sepanjang menangisnya bukan karena terjatuh dan enggak terluka, kubiarkan saja Raya menangis. Kalau sudah lega, biasanya dia akan berhenti sendiri. Gara-gara sikapku ini, aku pernah diomeli mertua, dikira enggak sayang anak. Padahal tujuanku untuk melatih anak biar enggak manja.

Dimuat di Tabloid Nakita nomor 650/th.XIII/12-18 September 2011

Mandi Air Hangat



Raya selalu heboh saat hujan turun. Begitu melihat hujan semakin deras, dia akan sibuk mengeluarkan bak mandinya waktu bayi untuk menampung air yang jatuh dari talang air, mengambil peralatan masak mainan, lalu mengumpulkan daun-daun kering untuk dialirkan ke parit seperti perahu. Selama bermain hujan, wajahnya terlihat sangat hepi.
Selesai hujan-hujanan, Raya kuguyur dengan air hangat. Selanjutnya sebelum berpakaian, kuolesi sekujur tubuhnya dengan minyak penghangat biar nggak masuk angin. 
 Dimuat di Tabloid Nakita no.670/TH.XIII/30 Januari-5 Februari 2012

Jadi 'Parno'


Usia dua tahun, Raya sudah hobi corat-coret. Bukan hanya dinding, lantai pun jadi sasaran. Alhasil, aku jadi rajin bersihin lantai. Sebenarnya sih kalau rumah sendiri nggak masalah dindingnya dicorat-coret. Bahkan akan kusediakan tembok khusus buat painting, karena saya tahu corat-coret bagus untuk melatih otot tangan anak, biar nggak kaku ketika belajar menulis dan menggambar. Berhubung ngontrak rumah orang, jadi parno deh kalau lihat Raya pegang krayon atau spidol. 

Dimuat di Tabloid Nakita edisi 638, 20-26 juni 2011