Translate

Kamis, 23 Juli 2009

Berawal dari Si Parasit Lajang, Berakhir di UNAS 2007

         

Salah seorang teman, saya biasa memanggilnya Mbak Ika, pada suatu hari asyik membicarakan isi sebuah buku yang berjudul "Si Parasit Lajang" karya Ayu Utami, dengan teman sekosnya. Waktu itu saya tak tertarik sama sekali meski Mbak Ika berkali-kali mengompori, membujuk, merekomendasikan buku itu untuk saya baca. Lain waktu, seperti kebiasaan saya tiap libur semester, saya selalu berusaha meminjam banyak buku ke kenalan-kenalan saya untuk saya bawa pulang kampung, dibaca di rumah selama liburan. Saya langsung menodong Mbak Ika agar mau meminjamkan koleksinya. akhirnya saya berhasil memborong beberapa bukunya, diantaranya AADC Sebuah Skenario, Mereka Bilang Saya Monyet, Sungai Air Mata, dan Si Parasit Lajang (SPL).  
Pelan-pelan saya baca SPL sampai tamat. Saya resapi. Benar saja, setelah membaca buku kumpulan esai Ayu Utami itu, saya terkesan. Saya dapat sebuah pencerahan baru. Saya disadarkan oleh pemikiran-pemikiran Ayu Utami yang cerdas dan penuh perenungan itu.  
Tiba-tiba pikiran dan tangan saya tergerak untuk menulis. Saya ungkapkan rasa kecewa saya kepada pihak-pihak yang selama ini begitu merendahkan perempuan, menindas hak-haknya, memandang kiprahnya dengan sebelah mata, menyia-nyiakannya dan menomorduakannya dalam segala hal. Entah siapa saja mereka.             
Saya menulis dengan berapi-api. Saya begitu terprovokasi membela kaum saya karena Ayu Utami. Daya bius SPL begitu kuat plus dahsyat, hingga saya sejenak jadi benci sama yang namanya laki-laki! Termasuk calon suami saya sendiri, he..he.. Waktu itu saya mampu menyelesaikan beberapa karangan, diantaranya cerpen It's Me Uki (IMU). Saya puas bisa menuangkan uneg-uneg saya sampai tuntas. Dada saya mendadak plong.
Saya baca IMU sekali lagi. Cerpen ini mengisahkan seorang remaja perempuan (Uki) yang enggan tampil feminin. Keluarganya protes karena ia lebih suka bergaya tomboi dan kelaki-lakian. bermacam cara dilakukan sang ibu dan kakaknya agar Uki mau berdandan dan menyukai rok. tapi Uki tetap kekeh dengan style-nya. Alasannya, dengan memakai "atribut cowok" seperti celana dkk, ia merasa pede, jadi diri sendiri, merasa nyaman, dan aman. Ya, Uki merasa aman kalau ia tak memakai rok. Kenapa Uki begitu "phobia rok"? Ternyata karena ia takut jadi korban pemerkosaan! Unik, nyleneh, dan endingnya mengejutkan. Itulah kesan yang ingin saya lukiskan pada cerpen IMU. 
Lalu terbersit keinginan saya untuk mempublikasikan cerpen IMU melalui media cetak. Mencoba peruntungan, saya kirim IMU ke majalah Kawanku. Sayang, nggak layak muat. Setelah itu, saya larikan IMU ke Deteksi Jawa Pos. Lumayan lama juga nunggu kabar pemuatannya. Cerpen itu saya kirim tanggal 15 Juni 2004, dan baru dimuat tanggal 25 Oktober 2005! Setahun lebih! Nggak salah dong, kalau setelah IMU saya kirim ke Deteksi nggak ada kabar berita lebih dari tiga bulan, saya coba kirim ke majalah lain juga. Ya, saya sempat melempar IMU ke majalah musik Hot Cord, tapi nggak dimuat. 
Lepas dari cerita pemuatan IMU di Deteksi Jawa Pos yang luar biasa itu (maksudnya, di luar kebiasaan media cetak pada umumnya yang seenggaknya mematok waktu tiga bulan untuk konfirmasi pemuatan tulisan), IMU juga punya cerita lain. Kira-kira akhir tahun 2004, seorang dosen saya yang mengajar matakuliah Membaca (namanya Pak Nurhadi) akan membuat buku proyek Penerbit Erlangga. Kebetulan saya cukup dekat dengan beliau, karena sudah tiga kali saya ikut kuliahnya. Beliau curhat, kalau saat itu sedang butuh referensi berbagai bentuk tulisan, termasuk yang jenis cerpen. Tulisan-tulisan itu nantinya akan digunakan untuk sumber bacaan pada buku pelajaran Bahasa Indonesia SMU yang sedang disusunnya. Beliau tanya,”boleh saya lihat tulisan-tulisan kamu?” Dengan semangat 45, saya langsung mengiyakan. Ya, kali aja beliau tertarik dengan salah satu cerpen saya.
Besoknya saya berikan sekeping disket berisi kumpulan cerpen saya. Setelah beberapa hari Pak Nurhadi meminjam disket itu, tak disangka, beliau mengambil IMU untuk buku teks itu. Wah, bangga sekali rasanya. Tulisan saya akan terpampang di textbook yang dibaca oleh anak sekolah dan dimanfaatkan oleh dunia pendidikan. Sekian lama menunggu buku yang merujuk pada KBK 2004 itu terbit, akhirnya, pertengahan  2005 buku itu beredar juga di toko-toko buku. Cerpen IMU menyempil di halaman 260-261. Wah, seumur-umur baru kali ini tulisan saya termuat di buku pendidikan. 


Kisah cerpen IMU nggak berhenti sampai disitu saja lho. Selanjutnya, cerpen itu digunakan untuk teks bacaan soal-soal UNAS Bahasa Indonesia SMU tahun 2007! Saya tidak pernah membayangkan cerpen IMU bakal sejauh ini. Sungguh, bagi saya yang masih tergolong amatir dalam kepenulisan, IMU termasuk karya fenomenal yang membuat saya semakin bersemangat menulis. Pengalaman ini sangat luar biasa buat saya. 
Terimakasih untuk Mbak Ika atas pinjaman SPL yang penuh inspirasi; untuk Deteksi yang meski ngembat cerpen saya selama setahun lebih, toh, akhirnya bersedia juga memuatnya; terimakasih untuk Pak Nurhadi yang memberi kesempatan pada cerpen saya nampang di buku teks Bahasa Indonesia hingga terpilih menjadi salah satu sumber bacaan di naskah UNAS 2007; terima kasih semua….
Alhamdulillah. Terimakasih Allah...

3 komentar:

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊