Translate

Senin, 06 Juli 2009

Tiga Kali Delapan Juli




Jelang 8 Juli 2006
Sepertinya baru tempo hari aku di pangkuan ibu, baru kemarin sore aku digendong Ayah, baru tadi pagi ibu menyuapiku sarapan sambil menyiapkan seragam sekolahku. Rasanya juga, baru beberapa jam lalu aku menggelayut manja pada mereka, merengek meminta menemani petualanganku ke alam mimpi. Senin. Selasa. Januari. Februari. 1985. 1995. 2001. 2006….  Kulangkahkan kakiku di jalan yang telah digariskanNya. Bermetamorfosa. Dari bayi yang hanya bisa menangis, anak-anak yang sering merepotkan dan berbuat ulah, remaja yang tak jarang menjengkelkan hati orangtuanya. Hingga, saat ini kujelang detik-detik perubahan, menuju sebuah titik pada fase hidup selanjutnya. Mungkin, menjadi wanita dewasa. Yang mengemban lebih banyak lagi tanggung jawab.
Tiba-tiba, 8 Juli besok, InsyaAllah akan kujalani sebuah hidup baru. Benar-benar baru. Karena akan ada orang lain yang mendampingiku mengeja waktu. Menjejak langkah. Menggoreskan sejarah. Membangun peradaban. Merajut bersama cita-cita, menuju cinta-Nya.  Berbagi. Memberi. Saling mengisi. Dia, seorang laki-laki yang dulu bahkan bukan siapa-siapaku.
Tidak ada yang bisa menduga, kapan sebuah rencana dikabulkanNya. Alhamdulillah, rencana awal tahun terwujud dengan sangat mudah. Aku tak percaya Dia membuka jalan ini begitu lebar, hingga aku leluasa melaluinya. Tak henti kuucap syukur. Berkali-kali. Mungkin Dia melihat ada sebuah tekat kuat dan niat tulus di hatiku.
Kata orang-orang di sekitarku, episode hidupku happy ending. Happy ending? Kurasa ini belum ending. Kisah ini bukan film India. Begitu tokoh utama menikah, tamat. Setelah ini, mungkin tantangan akan lebih besar, beban hidup akan bertambah berat, masalah akan semakin banyak. Karena itulah, lebih baik ditanggung dua kepala, InsyaAllah lebih ringan.
Aku ikhlas menyatukan hidupku dengan hidupnya. Aku yakin, jika ikhlas, Dia akan melimpahiku rahmat dan nikmat-Nya sebanyak dua kali lipat, seperti janji-Nya. Kuredam ketakutan-ketakutanku. Mempertimbangkan perasaan ini, semakin membuatku ragu. Bismillah. Nawaitu. Yang penting niatku baik. Meraih Mardhotillah. Untuk apa hidup jika apa yang kulakukan selama itu tidak diridoi-Nya?
Jumat. Sabtu. Minggu. Senin... Tinggal beberapa hari lagi. Menikah adalah ibadah. Jika sudah waktunya: mau, mampu, dan siap, buat apa ditunda? Masih ingin berkarir? Sudah berkeluarga pun masih tetap bisa berkarir. Masih ingin senang-senang menikmati masa lajang? Memangnya kalau sudah bersuami tidak bisa bersenang-senang? Takut kekurangan rizki? Sudah jelas kok, di QS An Nur 32 “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin 4JJI akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan 4JJI Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha mengetahui.” Tepis kekhawatiran. Optimis saja.

8 Juli 2007, di Ende—NTT
Setahun berselang.
Kehamilanku sudah menginjak sembilan bulan. Diperkirakan, bayi mungil itu akan lahir bulan ini. Sebelumnya aku ingin sekali ia lahir hari ini, bertepatan dengan ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Nyatanya tidak bisa, belum waktunya. Calon bayi inilah kado istimewa yang dikirimkan-Nya untuk kami.
Membayangkan si kecil akan lahir di perantauan, rasanya sedih sekali. Kelahirannya hanya akan disaksikan oleh sang Ayah saja. Tak ada nenek, kakek, atau bahkan saudara dekat sekalipun.
Ah, tapi tak mengapa. Aku yakin, suamiku bisa diandalkan. Melihat kesungguhannya mempersiapkan diri menjadi seorang Ayah selama masa kehamilan ini, aku takjub. Dia terlihat lebih bersemangat menyambut si kecil, lebih perhatian pada kesehatanku (bahkan kadang terkesan bawel), mengingatkanku untuk minum vitamin dan susu ibu hamil, melarangku ini itu agar tidak capek, juga rajin mengantarku periksa kandungan.
Sebentar lagi, kami sudah tak berdua lagi, nggak bisa pacaran lagi (^_^), kemana-mana nggak cuma berdua. Ya, tak lama lagi kami sudah bertiga. Alhamdulillah…

8 Juli 2008, di Samarinda—Kaltim
Asmaraya Naura Yasmin. Usia bayi mungil kami kini hampir satu tahun. Raya, demikian kami memanggilnya, akan berulang tahun 17 Juli nanti. Hmm, inginnya merayakan ulang tahun si kecil dengan ulang tahun pernikahan kami yang ke-2. Pasti seru. Tapi kondisinya tak memungkinkan.
Sejak memutuskan kembali bekerja, sulit sekali rasanya melewati waktu bersama dengan suami dan anak. Kesibukanku mengajar sungguh menyita waktu dan tenagaku. Ingin sekali mengundurkan diri, tapi nggak mungkin. Pertama, aku butuh penyaluran energi dan pikiran di luar rumah, butuh aktivitas lain yang membuatku merasa bermanfaat untuk sesama. Kedua, selain refreshing, bagiku bekerja adalah mengamalkan ilmu dan sedekah. Ketiga, aku tak ingin mengecewakan suamiku yang telah memberi dukungan penuh padaku untuk mengajar. Ah, mungkin sebaiknya kujalani saja semua ini dengan ikhlas dan bertanggung jawab.
Sudah dua tahun berumah tangga. Rasanya masih seperti bermimpi. Gambaran keluarga ideal yang selama ini terbayang di benakku pelan-pelan terwujud. Meski mungkin suamiku bukan termasuk tipe suami ideal, tapi di mataku dia adalah suami yang paling ideal. Dengan segala kelemahan dan kelebihan kami, kami berusaha saling melengkapi. Perbedaan pendapat acapkali muncul (namanya juga suami—istri), tapi kami tak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dihindari. Bagi kami, perbedaan pendapat adalah bumbu rumah tangga, proses pendewasaan dan perbaikan diri agar kualitas hidup lebih baik. Sepanjang tidak menyangkut bab perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga, perbedaan pendapat masih bisa diselesaikan dengan cara mencari jalan keluarnya bersama-sama.
Semoga rumah tangga ini selalu diberkahi-Nya… amin.

Jelang 8 Juli 2009, masih di Samarinda
Tiga tahun berumah tangga, kami masih bertiga. Untuk saat ini, kami memang belum berniat menambah anggota lagi, entah nanti. Kami masih tetap ingin seperti ini, kemana-mana bertiga. Sebagai orangtua, saat ini kami wajib fokus memberi perhatian dan kasih sayang kepada si kecil yang sedang tumbuh. Mudah-mudahan ketika dewasa kelak ia bisa menjadi seperti yang kami harapkan: soleha, cerdas, kuat, mandiri; berkualitas di mata Allah, juga sesama. Amin.
Raya sudah hampir dua tahun sekarang, sedang lucu-lucunya. Keluarga kecil kami semakin meriah oleh celoteh-celotehnya yang menggemaskan. Melihat tawanya, rasa lelah menguap, stres hilang, marah mereda. Dia penghibur hati, pelipur lara kami. Setiap hari selalu saja ada keajaiban-keajaiban kecil yang membuat kami semakin bersyukur dan terus bersyukur. Kemarin dia bisa tengkurap, hari ini sudah mulai berjalan, besoknya tiba-tiba sudah bisa ngomong… Alhamdulillah…
Cinta bukanlah tentang menemukan seseorang yang sempurna, tetapi bagaimana mencintai seseorang yang tak sempurna dengan cinta yang sempurna. Mungkin kata-kata itulah  yang tepat untuk menggambarkan perjalanan pernikahan kami. Berangkat dari dua pribadi yang berbeda, yang masing-masing punya banyak sekali kekurangan, tetapi setiap hari kami terus berusaha untuk ‘mentolerir’ perbedaan yang ada dan melengkapi kekurangan masing-masing. Sejauh ini kami merasa nyaman. Dan aku pribadi, merasa lebih baik. Ya, dibanding ketika masih lajang dulu, setelah menikah dengan orang (yang tepat menurutku), aku merasa hidupku lebih tenang dan bahagia. Mudah-mudahan sakinah, mawaddah, wa rahmah yang telah dikaruniakan-Nya ini bisa kami pertahankan hingga nanti. Kami berdoa, semoga kelak maut-lah yang memisahkan kami di dunia, bukan perceraian atau yang lain… amin.

8 komentar:

  1. happy wedding anniversary yah jeng..semoga selalu menjadi keluarga yg sakinah, mawaddah warohmah dan selalu dalam lindungan Alloh SWT..Amin

    BalasHapus
  2. True story yah mbak!!
    Subhanallah
    kren!!

    BalasHapus
  3. Semoga Sakinah Ma Waddah War Rohmah buat Rochima , suami dan Raya.



    BalasHapus
  4. Semoga menjadi keluarga Sakinah Ma Waddah War Rohmah ... Amin

    BalasHapus
  5. 4....5...10...20... tak terhingga
    semoga selalu bersama, amiin

    BalasHapus
  6. waduuuh gak kerasa ya ud 3x 8 juli...

    Happy wedding anniversary yah bun, smg slalu dilimpahkan karunia kesehatan, keselamatan, dan semoga bahagia slalu dunia dan akhirat...

    salam sayang buat rayya...

    BalasHapus
  7. amiiiiiin..
    terimakasih ya mom...;)
    salam juga buat si kecil ;)

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊