: surat terbuka untuk suamiku
Cinta,
Pertama kali mengenalmu beberapa tahun silam, aku tak pernah menyangka bahwa kau adalah seseorang yang dikirimkanNya untukku. Pun ketika tiba-tiba kau mengkhitbahku—disaat skripsi tengah membebani hari-hariku kala itu—aku tak yakin bisa seiring sejalan denganmu nantinya. Kenapa? Karena menurutku banyak sekali perbedaan diantara kita yang sangat bertolak belakang, bagai langit dan bumi, dan mungkin akan sulit untuk disatukan.
Kau tak suka banyak bicara, aku sangat cerewet. Kau pelupa, aku sebaliknya. Aku mudah meledak-ledak, kau kalem. Aku tergila-gila pada buku dan menulis, kau tidak. Bagiku berlaku romatis itu penting—menghadiahi puisi kepada pasangan misalnya—bagimu tidak. Aku tipe serius, kau santai dan humoris (terimakasih sering membuatku tertawa ^^). Aku begitu menghargai waktu, kau sebaliknya. Dan sederet panjang perbedaan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, aku menyadari, justru perbedaan-perbedaan itulah yang semakin menguatkan cinta kita. Kekurangan-kekuranganku, kau tutupi dengan kelebihan-kelebihanmu, dan sebaliknya.
Cinta,
Empat tahun sudah kau telah melengkapiku.
Saat aku jatuh, kau meraihku.
Saat hati ini rapuh, kau berikan bahumu untukku bersandar.
Saat aku gagal, kau membesarkan hatiku.
Saat orang lain mencemohku, kau mendukungku.
Saat tak ada yang mempercayaiku, kau tumbuhkan kepercayaan diriku.
Saat ku merasa tak mampu, kau yakinkan bahwa aku bisa.
Cinta,
Semua yang kau lakukan selama ini membuat jiwaku benar-benar hidup, membuatku berarti. Terimakasih yang terucap tiap hari pun rasanya tak sebanding. Aku akan berusaha mendampingi, mengabdikan dan menjaga setia ini hanya untukmu.
Alhamdulillah, empat tahun ini begitu sempurna bagiku, begitu indah. Mudah-mudahan indah ini tak berakhir sebelum waktunya.
Allah, berkahi cinta kasih kami,
Setiap hari,
Amin.
*catatan jelang empat tahun pernikahan, 8 Juli 2010
terimakasih, cinta. I love you
BalasHapusberjuta cinta untukmu...
BalasHapus