Translate

Selasa, 05 Mei 2015

Kembali Langsing dengan Menyusui



Selepas melahirkan, banyak wanita yang ogah menyusui anaknya. Alasan mereka bermacam-macam, ada yang takut payudara kendor (emang kalau kendor kenapa, takut sama bapaknya? Kalau bapaknya nggak suka, kenapa si istri disuruh melahirkan lagi? terima apa adanya dong!*dezigh!), ada yang males, ada yang beralibi ASI nggak keluar trus pake susu formula (sufor), daaan lain-lain.

Memang sih, menyusui itu rempong. Para emak harus stay di samping si bayi, karena bayi minta nenen bisa sewaktu-waktu. Si emak nggak bebas melenggang kesana kemari buat window shoping di pasar, perawatan di tukang urut, atau nggosip berita politik terkini di warkop. Istilahnya, nggak bebas. Beda kalau si bayi dijejelin sufor sejak procot. Si emak kemana, nggak balik lagi ke rumah pun, baby tetep anteng. Eh, tapi sekarang wanita bekerja yang terpaksa ninggal baby-nya berjam-jam pun bisa tetap ngasih ASI lho, yaitu pake ASIP (ASI Perah). Bahkan saya pernah baca di sebuah notes facebook, seorang Ibu yang bekerja di luar kota dan hanya bisa pulang seminggu sekali (si Ibu PNS di Jakarta, anaknya di Surabaya), tetap semangat ngasih ASI lho ke anaknya. Jadi tiap pulang dia bawa cooler bag yang berisi ASIP beku buat stok bayinya seminggu ke depan. Keren ya, perjuangannya… *terharu.
Pada umumnya, para wanita (termasuk saya) bercita-cita ingin langsing secara ekspres. Nah, salah satu manfaat breast feeding adalah langsing GPL alias Gak Pake Lama. Nggak percaya? Saya bagi pengalaman pribadi saya yang ter-update ya.
13 April lalu saya melahirkan anak kedua melalui operasi sesar. Saat hamil, berat badan saya naik 10 kg. Belum genap sebulan, berat badan saya sudah susut 9 kg. Padahal saya belum boleh olahraga berat, saya hanya menyusui bayi saya. Ajaib kan?
Sebenarnya 24 jam setelah melahirkan, saya sudah hampir menyerah untuk memperjuangkan ASI. Ya, saya sempat ingin memberikan sufor saja saat dihadapkan pada kenyataan pahit (cieh..) bahwa ASI saya mampet, sementara saya cuma bisa ‘tidur manis’ karena sakit pasca operasi. Saat bayi nangis nggak bisa ngambil, pengen ndekap nggak bisa, miringin badan ke kanan atau kiri kesakitan, mati gaya deh pokoknya! Ujung-ujungnya mewek ngenes.
Di tengah kengenesan itu, saya teringat teori ini: kalau ASI tak kunjung keluar, tidak masalah, tetap suruh bayimu mengenyut, lama-lama ASI-mu pasti keluar. Dengan optimisme tinggi, meski perut kesakitan, puting mulai lecet, saya tetap memaksa bayi saya untuk mengenyut terus. Hasilnya, tadaaa… cairan ASI pun keluar! Apakah ‘derita ibu menyusui’ sudah berakhir? Beluuum, seminggu lebih puting saya luka. Apakah setelah itu saya memutuskan berhenti? NO! Saya ingin berat badan saya kembali seperti semula (seperti saat masih perawan kalau bisa, hihihi *PLAK!). Karena itu, meski repot, saya harus menyusui. Saya juga ingin anak saya mendapatkan haknya, menerima ASI eksklusif yang bergizi tinggi agar ia tumbuh sehat dan cerdas. Bukannya apa-apa, sufor bikin anak gampang kena diare dan sembelit. Beli sufor udah berapa duit sekarang? Ke dokternya? Selain itu, sst, saya nggak nakut-nakutin ya, menurut hasil penelitian, ibu yang tidak menyusui berisiko tinggi menderita kanker payudara dan penyakit-penyakit serem lainnya lho.
Nah, manfaat menyusui banyak kan? Masih ada alasan nggak mau repot menyusui?


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊