Translate

Rabu, 27 November 2013

Memulai Cerita



Setiap memosting foto makanan di facebook, saya sering menerima komentar seperti ini, “Kenapa nggak nulis buku resep aja?” Bukannya saya nggak tertarik, tetapi saya nggak pede. Secara, kualitas foto bidikan saya masih jauuuuh dari sempurna dibandingkan dengan foto-foto jepretan food photographer profesional, cenderung asal malah. Lagian, siapa saya? Selebriti chef bukan,  koki warung kaki lima bukan, ujug-ujug mau nulis buku resep. Hadeuh!

Meski nggak pede, diam-diam saya punya angan-angan juga. Saya kepingin nulis buku bertema resep makanan tapi saya nggak mau bikin buku resep makanan yang biasa-biasa saja, seperti yang banyak beredar di pasaran. Saya masih mencari konsepnya. Pokoknya saya  kepingin buku itu punya nilai lebih dibandingkan dengan buku serupa.

 Eh, gayung bersambut. Seorang editor buku anak dari penerbit ternama suatu siang nyolek-nyolek saya. “Mbak, ngiler nih lihat foto-foto makanan mbak. Mau nggak bikin buku tentang makanan tapi yang bla bla bla bla… (sementara rahasia dulu ya, ntar aja kalo udah terbit saya jembreng, hihihi). Setelah mempelajari konsep yang diberikan penerbit, wah, menarik nih. Saya pun setuju dan menerima 'tantangan' itu.

Menggarap naskah ini rempong-rempong sedep. Gimana nggak, saya bener-bener meres otak untuk mengonsep resep masakan yang gampang dipraktekin anak-anak, nyari nama-nama resep yang unik plus ngegemesin, nguji resep di dapur plus motret hasilnya, ngedit-ngedit foto hasil pemotretan, trus nyari 20 ide cerita yang bisa disambung-sambungin ke resep. Seruuu… abis!

Ide cerita udah nemu, giliran mau mulai nulis, kok susah banget ya? Iya, sumpah, tiba-tiba stuck! (kecapekan di dapur kali ya? Hahaha… ngeles). Dipikir kalo udah biasa nulis cerita, nggak pernah macet gitu? Salaaah…  ! Kalo udah begini, berarti ini tanda kalo saya kurang membaca, hehe…

Begitu siap menulis, gimana memulainya yak? Ngaku deh, sering kan merasa kayak gini? Nah, samaaaa…

Ini beberapa cara yang biasa saya terapkan untuk memulai menulis cerita. Ilmu ini saya dapatkan dari berbagai diskusi tentang menulis.

1.      Memulai cerita dengan cara mendeskripsikan tempat terjadinya cerita.
Misalnya:
Hutan Kurcaci sudah terkenal angker sejak lama. Konon disana ada seorang kurcaci jahat yang suka menyihir anak kecil menjadi katak, bunga, jamur, atau apapun yang menghuni hutan (paragraf pertama cerita Florina dan Hutan Kurcaci—Buku Kumpulan Dongeng Anak Hebat halaman 6).

2.      Memulai cerita dengan cara menggambarkan sifat tokoh cerita.
Misalnya:
Aku suka membantu ibu memasak di dapur. Biasanya kulakukan saat hari libur (paragraf pertama cerita Memasak Sup—Buku Kumpulan Cerita dan Sajak Anak Terbaik halaman 56).

3.      Memulai cerita dengan cara menceritakan kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh tokoh cerita.
Misalnya:  
Karmen memandangi mantel bulu yang dipajang di etalase sebuah toko pakaian (kalimat pertama cerita Permen Cokelat Karmen—Buku Kumpulan Dongeng Anak Hebat halaman 86).

4.      Memulai cerita dengan cara menggambarkan suasana/keadaan.
Misalnya:
Sore cerah untuk bermain layang-layang. Kubawa layang-layang buatan ayah ke tanah lapang (paragraf pertama cerita Layang-Layang Terbang Tinggi—Buku Kumpulan Cerita dan Sajak Anak Terbaik halaman 8).

5.      Memulai cerita dengan cara mendeskripsikan perasaan tokoh cerita.
Misalnya:
Awing terlihat lesu. Ia tampak tak bersemangat memunguti telur-telur di kandang ayam Paman Madang yang baru menetas (dua kalimat pertama Bab III Novel Kerawing dan Batu Kecubung Biru).

6.      Memulai cerita dengan kalimat langsung.
Misalnya:
“Ingat ya, 1000 biji tahu pasir kriuk untuk hari Minggu!” ulang Hen, kurir istana yang diutus memesan kudapan untuk hari ulang tahun Putri Yuki (dicuplik dari paragraf pertama salah satu cerita yang ada di calon buku saya, hehehe…).

7.      Memulai cerita dengan suara atau bunyi-bunyian.
Misalnya:
Grombyang! Grombyang! Bunyi seng atap. Matahari masih lelap, pagi masih gelap (paragraf pertama cerita Ketika Angin KencangBuku Kumpulan Cerita dan Sajak Anak Terbaik halaman 32).

Selain tujuh cara di atas, tentunya masih banyak cara lain untuk memulai cerita. Ada yang ingin menambahkan? Monggo…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊