Translate

Selasa, 01 November 2011

Proses Panjang Melatih Si Kecil Mandi Sendiri

Senangnya melihat Raya sekarang sudah bisa mandiri, mandi sendiri maksudnya, hehe. Mandi sendiri sudah saya belajarkan pada si kecil sejak usianya tiga tahun. Ketika itu dia menemukan gayung pink yang imut dan lucu di sebuah supermarket, ketika saya ajak belanja.
“Bun, adek mau mandi sendili…,” rengek si kecil keesokan harinya.
Bak mandi di rumah sangat tinggi untuk tubuh mungil Raya. Tangannya tidak bisa menjangkau air dari bak mandi itu. Di rumah tidak ada shower. Saya pun mencari cara, agar si kecil bisa belajar mandi sendiri.
Awalnya saya memanfaatkan bak berendam Raya waktu bayi. Saya isi sampai airnya penuh. Eh, jadinya nggak nyebokin air dari bak berendam, tapi malah langsung nyebur. Ini mah, belajar berendam namanya, hehehe.
Lain hari saya nemu ide pakai kursi kecil yang nganggur satu di dapur. Kursi itu kalau dalam bahasa Jawa disebut dingklik, bentuknya datar seperti meja kecil.
Saya taruh kursi itu di kamar mandi. Begitu mandi, Raya naik ke kursi itu. Waaah, dia tampak senang karena tubuhnya jadi tinggi, bisa ambil air dari bak mandi.
Selanjutnya, mengajari Raya memakai sabun, sampo, dan odol.
Saya menyediakan sabun cair untuk Raya. Sabun itu tersimpan dalam botol yang bagian atasnya harus ditekan untuk mengeluarkan isinya. Biar mudah dan praktis. Begitu juga untuk sampo.
Namanya anak kecil, pasti suka main air. Apalagi Raya. Dia bisa berjam-jam main air kalau sedang mandi. Semua mainan dibawa masuk ke kamar mandi.
Jam mandi Raya biasanya bersamaan dengan jam masak saya. Sementara saya riweh di dapur, saya biarkan saja si kecil berkreasi di kamar mandi.

Lama-lama, kok anak ini sepertinya asyik sekali, dari tadi nggak kedengeran suaranya. Saya pun melongok ke kamar mandi. Botol sampo dan sabun ada di lantai. Si kecil pegang odol. Alamaaaak….dinding kamar mandi penuh olesan odol! Pandangan saya beralih ke botol sabun dan sampo. Saya curiga, jangan-jangan…..
Waaaaa, isi kedua botol itu nyaris habis! Duh duh duh…
Raya menatap mata saya dengan ekspresi mengiba. Mau ngomel jadi nggak tega. Akhirnya saya beri tahu sambil jalan, kalau mandi jangan berlebihan memakai sabun dan kawan-kawannya itu.
Sampai sekarang pun, Raya masih sering menghabiskan peralatan mandi. Tapi nggak setiap hari seperti itu. Kalau saya sedang lengah ngawasin aja. Ya, saya tetap mengontrol Raya dari luar kamar mandi. Biar bisa antisipasi kalau terjadi hal-hal yang tidak saya inginkan, hehe.
Satu yang belum Raya kuasai hingga saat ini, yaitu… menyabun punggung! Kadang kalau ingat, dia suka teriak minta tolong, “Buuuuun, minta tolong, bantu sabuni punggung adeeeek!” Satu lagi, waktu membilas busa, kadang Raya masih kurang bersih. Adaaa, aja yang ketinggalan. Yah, inilah proses. Harus step by step.
Nggak pa-pa deh tekor sabun, sampo, dan odol dulu, demi ngajarin anak biar bisa mandi sendiri. Seperti jargon iklan salah satu deterjen, nggak ada noda yang nggak belajar. Kita sebagai orang tua memang harus sabar mengajarkan anak mandiri. Nggak perlu marah ketika melihat anak belum bisa memahami instruksi kita. Nggak usah frustasi lihat anak berkali-kali gagal memahami apa yang kita ucapkan. Semua nggak ada yang sim salabim berhasil. Sabar dan tetap berusaha mengajarkan yang terbaik, mengajarkan apa pun itu. Hasilnya nanti pasti luar biasa…. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊