Cerpen: R.F Dhonna
“Banguuuun!” teriak Tweety kencang. “Banguuun, Nanda!” serunya sekali lagi. Percuma, Nanda tak bergeming. Tweety berteriak untuk ketiga kalinya, dilanjutkan teriakan keempat, kelima… yup! Nanda mulai menggeliat. Tweety bersorak girang.
Nanda membuka matanya perlahan, lalu dipukulnya Tweety dengan gemas hingga, “AUW!” Tweety terpelanting ke kolong tempat tidur.
“Aduh… sakit…,” ratap Tweety pelan. “Katanya minta dibangunin jam lima. Udah dibangunin sampai pita suaraku hampir putus, eh, nggak dipeduliin, malah dapat pukulan lagi. Hu… hu…,” gerutu si pipi gembul itu sambil menangis.
“Ada apa lagi, Ty?” ternyata di kolong itu ada Casio.
“HWA…!” ditanya begitu, tangis Tweety semakin keras. “Aku dipukul lagi, padahal aku sudah menjalankan tugasku dengan baik…,” adunya pada Casio.
“Sudahlah, kamu nggak sendiri. Nasib kita sama, Ty. Kita cuma bisa mengingatkan Nanda. Kalau toh, nanti Nanda mengalami kejadian buruk, itu bukan kesalahan kita. Yang penting, kita sudah mengingatkan,” ucap Casio bijaksana.
“Tapi aku kasihan sama Nanda. Lama-lama dia bisa jadi pemalas.”
“Iya sih, tapi kita bisa apa?” sejenak keduanya berpikir.
“Bagaimana kalau kita beri dia pelajaran?” cetus Tweety.
“Maksud kamu?” Casio balik bertanya. Tweety segera membisikkan idenya itu ke telinga Casio. Casio tampak manggut-manggut.