Tetap ceria meski tangan diinfus: saat masuk RS untuk kedua kalinya.
Pagi itu ada yang tak biasa pada tingkah laku si
kecil Raya. Biasanya begitu bangun dia langsung turun dari kasur dan
menghampiri saya di dapur. Hari itu
meski sudah bangun Raya seperti enggan beranjak. Sampai saya selesai masak pun,
dia tetap telentang di kasur. Saya perhatikan wajahnnya lesu, gerakannya
melemah, dan ocehannya nggak terdengar sama sekali. Saya raba dahinya, astaga,
panas!
Saat itu Raya masih berumur 11 bulan, pertama kali
mengalami demam tinggi. Saya periksa suhu tubuhnya dengan termometer. Hasilnya,
39 derajat celcius! Dalam keadaan panik, saya langsung memberinya obat penurun
panas menggunakan oral drop.
Pagi berikutnya, suhu tubuh Raya agak turun. Meski
sedang demam, Raya nggak rewel. Hanya saja gerakan tubuhnya semakin melemah.
Melihat keadaan si kecil, air mata saya tumpah. Sejak kemarin si kecil yang
selalu riang dan ramai, tiba-tiba hanya bisa terbaring tak berdaya di tempat
tidur. Sedih, panik, bingung, campur jadi satu. Menjelang sore, saya pun nekat
membawanya ke laboratorium terdekat untuk periksa darah. Betapa tercengang saya
membaca hasilnya, positif demam dangue!
Tanpa pikir panjang, Raya saya larikan ke RSU. Syukurlah,
lima hari kemudian Raya dinyatakan sembuh. Rasanya bahagia melihatnya kembali
ceria dan berceloteh riang. Dari peristiwa itu, saya belajar, bahwa sakit demam
tidak bisa dianggap enteng. Kita harus cermat memperhatikan apa penyebab demam
itu dan segera mengatasinya dengan penanganan yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊