Cobaan hidup memang tak bisa diduga datangnya. Hari
itu di penghujung 2009, adik tercinta saya tiba-tiba mengalami depresi berat.
Perilakunya berubah, dari seorang gadis remaja yang ceria dan berprestasi,
menjadi gadis pemurung yang introvert.
Kejadian demi kejadian tak terduga menimpa keluarga kami, dan ini membuat kami shock. Belakangan kami tahu, ternyata adik
menderita skizofrenia.
Tak ada yang menyangka, anak yang periang dan tidak
pernah berbuat neko-neko itu akan mengalami ini. Perilaku aneh yang sering
dilakukannya pun mengundang berbagai reaksi dari orang-orang di sekitar
keluarga kami. Ada yang kasihan, bahkan tak sedikit yang menyebut adik saya
gila.
Bagaimana perasaan seorang ibu mendengar pernyataan
itu?
Saya melihat Ibu. Meski mungkin dalam hatinya sakit,
beliau tampak tegar dan berusaha tenang. Ibu pernah bilang, “Tuhan tahu, ibu
kuat. Makanya ibu dipilih untuk membesarkan anak yang sangat istimewa.” Ya
Tuhan, saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada anak saya. Kesabaran
ibu merawat adik, membuat saya malu. Betapa sering saya mengeluh, tanpa
menyadari hikmah yang terselip di balik kejadian itu.
Meski sulit menjalani keadaan ini, ibu tetap
bersyukur. Kata ibu, “Ini karunia luar biasa. Dengan begini, ibu akan selalu
dekat sama Gusti Allah.” Ya, tiap detik ibu tak henti berdoa, memohon kepada
Tuhan untuk kesembuhan adik tercinta. Kami sekeluarga pun tak henti berusaha
membawanya berobat.
Ada dua kecenderungan manusia dalam menyikapi ujian.
Pertama berusaha tetap sabar, yang kedua sebaliknya. Bagiku, jika seseorang
mampu tetap bersabar saat menghadapi ujian, itu sangat luar biasa. Kebanyakan
manusia justru sebaliknya, ketika diuji malah semakin menjauh dari Tuhan.
Kesabaran Ibu membuka mata saya, bahwa ujian itu
rahmat, cara Tuhan untuk meninggikan derajat keimanan manusia. Sikap positifnya
memberi kekuatan kepada kami sekeluarga, memberi semangat pantang menyerah saat
hidup tidak berjalan seperti yang diharapkan, menuntun kami semua untuk semakin
mendekat kepada-Nya.
*tulisan ini dimuat di Majalah Sekar edisi 80/12 (4-18 April 2012)
semoga keadaan adik terus membaik mba, kakak sepupu saya juga ada yang terkena. peluuk...
BalasHapus*peluk baliiik*...makasih ya Mak Dew, doa yang sama buat kakak sepupu sampean :)
Hapussemoga segera diberi kesembuhan ya mbak! Penyakit seperti itu harus menapat dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Sering2 diajak sharing dari hati ke hati mbak. karena biasanya pemicunya adalah karena ada permasalahan yang terpendam. Biasanya ada sesuatu yang membuatnya menjadi beban pikiran. Sering2 dihibur mbak. Arahkan pemahaman bahwa setiap permasalahan yang terjadi didunia adalah sebagai ujian. Bukan untuk dijadikan beban, tapi dijalani dengan ringan dan dengan hati ikhlas dan penuh takwakal. *maaf sekedar masukan mbak
BalasHapusmakasih bunda saran dan doanya :). Selama ini kami sekeluarga juga berusaha melakukan itu. betul, pemicunya macam-macam, termasuk mendam masalah. Ini yang dulu terlambat terkuak, karena adik begitu tertutup. makasih ya bun.. :)
Hapuskadangkala ujian datang bertubi-tubi, ujian di atas ujian, namun hanya satu jawaban dan satu jalan untuk melaluinya, ikhlas dan sabar,
BalasHapus