Translate

Sabtu, 04 Juli 2015

Ujian dan Keimanan



Cobaan hidup memang tak bisa diduga datangnya. Hari itu di penghujung 2009, adik tercinta saya tiba-tiba mengalami depresi berat. Perilakunya berubah, dari seorang gadis remaja yang ceria dan berprestasi, menjadi gadis pemurung yang introvert. Kejadian demi kejadian tak terduga menimpa keluarga kami, dan ini membuat kami shock. Belakangan kami tahu, ternyata adik menderita skizofrenia.

Tak ada yang menyangka, anak yang periang dan tidak pernah berbuat neko-neko itu akan mengalami ini. Perilaku aneh yang sering dilakukannya pun mengundang berbagai reaksi dari orang-orang di sekitar keluarga kami. Ada yang kasihan, bahkan tak sedikit yang menyebut adik saya gila. 

Bagaimana perasaan seorang ibu mendengar pernyataan itu? 

Saya melihat Ibu. Meski mungkin dalam hatinya sakit, beliau tampak tegar dan berusaha tenang. Ibu pernah bilang, “Tuhan tahu, ibu kuat. Makanya ibu dipilih untuk membesarkan anak yang sangat istimewa.” Ya Tuhan, saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada anak saya. Kesabaran ibu merawat adik, membuat saya malu. Betapa sering saya mengeluh, tanpa menyadari hikmah yang terselip di balik kejadian itu. 

Meski sulit menjalani keadaan ini, ibu tetap bersyukur. Kata ibu, “Ini karunia luar biasa. Dengan begini, ibu akan selalu dekat sama Gusti Allah.” Ya, tiap detik ibu tak henti berdoa, memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan adik tercinta. Kami sekeluarga pun tak henti berusaha membawanya berobat. 

Ada dua kecenderungan manusia dalam menyikapi ujian. Pertama berusaha tetap sabar, yang kedua sebaliknya. Bagiku, jika seseorang mampu tetap bersabar saat menghadapi ujian, itu sangat luar biasa. Kebanyakan manusia justru sebaliknya, ketika diuji malah semakin menjauh dari Tuhan. 

Kesabaran Ibu membuka mata saya, bahwa ujian itu rahmat, cara Tuhan untuk meninggikan derajat keimanan manusia. Sikap positifnya memberi kekuatan kepada kami sekeluarga, memberi semangat pantang menyerah saat hidup tidak berjalan seperti yang diharapkan, menuntun kami semua untuk semakin mendekat kepada-Nya.  

*tulisan ini dimuat di Majalah Sekar edisi 80/12 (4-18 April 2012)

5 komentar:

  1. semoga keadaan adik terus membaik mba, kakak sepupu saya juga ada yang terkena. peluuk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. *peluk baliiik*...makasih ya Mak Dew, doa yang sama buat kakak sepupu sampean :)

      Hapus
  2. semoga segera diberi kesembuhan ya mbak! Penyakit seperti itu harus menapat dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Sering2 diajak sharing dari hati ke hati mbak. karena biasanya pemicunya adalah karena ada permasalahan yang terpendam. Biasanya ada sesuatu yang membuatnya menjadi beban pikiran. Sering2 dihibur mbak. Arahkan pemahaman bahwa setiap permasalahan yang terjadi didunia adalah sebagai ujian. Bukan untuk dijadikan beban, tapi dijalani dengan ringan dan dengan hati ikhlas dan penuh takwakal. *maaf sekedar masukan mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bunda saran dan doanya :). Selama ini kami sekeluarga juga berusaha melakukan itu. betul, pemicunya macam-macam, termasuk mendam masalah. Ini yang dulu terlambat terkuak, karena adik begitu tertutup. makasih ya bun.. :)

      Hapus
  3. kadangkala ujian datang bertubi-tubi, ujian di atas ujian, namun hanya satu jawaban dan satu jalan untuk melaluinya, ikhlas dan sabar,

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊