Translate

Senin, 20 April 2009

Akhir Perjuangan Panjang Itu

Kematian. Manakah yang lebih diinginkan: meninggal pelan-pelan (dengan didahului sakit dalam jangka waktu yang lama), atau meninggal seketika (kecelakaan di jalan misalnya)? Sepintas, keduanya sama-sama meninggalkan duka yang mendalam. Bedanya, cara pertama membuat orang-orang yang akan ditinggalkan merasa lebih siap, karena sebelumnya sudah ada ‘warning’. Meski berduka, mungkin tidak terlalu berlarut-larut. Cara kedua, karena sifatnya yang tiba-tiba, tak jarang membuat orang-orang yang ditinggalkan merasa amat terpukul dan sangat kehilangan, karena mendadak dan tidak ada tanda-tanda. Shock berkepanjangan menjadi salah satu dampaknya.
Dilihat dari sisi lain, cara pertama menimbulkan dua ‘penderitaan’. Pertama, ‘derita’ si sakit. Kedua, ‘derita’ yang merawat si sakit. Tetapi dua ‘penderitaan’ itu sebenarnya mengandung pahala: pahala bagi si sakit, karena sebenarnya ketika sakit Allah menghapus dosa-dosanya; dan pahala untuk yang merawat si sakit jika ia ikhlas dan sabar. Meski demikian, kebanyakan orang lain yang melihat si sakit merasa iba, karena tak tega melihat si sakit ‘menderita’ karena sakitnya. Padahal sejatinya si sakit tidak sedang ‘menderita’, melainkan sedang menjalani proses penghapusan dosa, yang InsyaAllah akan mengurangi atau bahkan menghapus semua dosa si sakit selama hidup di dunia.
Proses penghapusan dosa. Semoga itu yang terjadi pada Bude Adha, selama setahun ini. Amin.

* * *
Sejak Jumat malam lalu, orang-orang rumah memberi kabar kalau kondisi Bude Adha yang terkena kanker payudara (baca tulisan “Bude Pasti Sembuh”) semakin memburuk. Hari Sabtu, bude kritis. Setelah mengalami koma, beberapa saat kemudian, pukul 21.45 WIB, denyut jantung bude telah berhenti berdetak. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…
‘Penderitaan’ panjang bude berakhir sudah. Bude yang baik dan pemurah itu telah kembali ke pangkuan-Nya.
Januari lalu bude mulai ambruk, tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain. Sehari-hari hanya bisa berbaring di tempat tidur, makan disuapi, mandi dan buang air juga di tempat tidur. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Kadang tersentuh sedikit saja oleh orang lain beliau mengaduh. Tidur barang sekejap pun susah, setiap detik merintih dan menyebut nama-Nya. Kanker di payudara kiri merambat ke payudara kanan. Bahkan muncul komplikasi, hipertensi dan diabetes.
Maret kemarin aku pulang kampung, melihat keadaan bude. Begitu turun dari mobil, aku langsung menjenguk bude. Ya Allah, aku tak tahan untuk tidak menangis. Bude tampak lemah, wajahnya pucat, semakin kurus, dan…payudaranya membusuk.
Aku menghambur ke pelukannya. Tak kupedulikan lagi bau busuk yang menyengat, tak kupedulikan rasa mual yang mulai mengaduk-aduk perutku yang sejak pagi belum terisi nasi. Kucium kedua pipinya, kugenggam tangannya.
 “Bagaimana keadaan bude?” kalimat pembuka yang selalu muncul setiap aku berkomunikasi dengan beliau.
Bulir-bulir bening mengalir dari kedua pelupuk matanya. Hanya itu. Dan aku paham, beliau sangat kesakitan. Tapi selalu berusaha untuk tampak kuat di hadapan orang lain.

* * *
Setahun lalu bude bercerita kalau dirinya terkena kanker payudara. Dengan bersemangat, beliau menyatakan ingin sembuh, tapi tidak mau operasi.
“Bude nyoba ke alternatif dulu nduk, siapa tahu sembuh. Banyak juga kok yang sembuh setelah berobat kesana,” katanya.
Kenyataannya, selama setahun kanker itu semakin mengganas, hingga akhirnya membawa bude kembali ke hadirat-Nya. 
Selama setahun bude berobat kesana kemari. Mungkin karena sudah sangat parah dan terlambat, seolah-olah usaha berobat itu hasilnya nihil. Terakhir waktu aku pulang kampung, bude sempat opname di puskesmas karena nggak mau makan. Lalu tiga hari sebelum meninggal juga sempat opname di RSI untuk tambah darah.
Bagaimanapun, aku salut dengan perjuangan beliau. Juga ketabahan sang putri tercinta, yang merupakan anak satu-satunya. Terbayang setiap hari dia sendirian menemani dan merawat sang Ibu yang sejak sakit bertingkah seperti bayi lagi, keinginannya aneh-aneh, betapa ujian fisik dan mental yang amat berat. Belum tentu aku bisa sesabar, seikhlas, dan setegar kakak sepupuku yang hebat itu jika dihadapkan dengan permasalahan yang sama. 
Bude, selamat jalan. Maaf aku tidak bisa pulang mengiringi kepergian bude. Hanya untaian doa yang bisa kukirimkan kepada bude. Semoga jalan bude lapang. Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang selama ini bude tunjukkan kepadaku. Maaf aku belum bisa membalasnya, belum bisa membuat bude bangga.
Ya Rabb, bude orang baik, terimalah amalnya semasa hidup. Tempatkan beliau di tempat yang terbaik di sisi-Mu. Amin.


17 komentar:

  1. makasih banyak yang saya dapat dari mbaca ini..

    BalasHapus
  2. turut berduka cita yah jeng, semoga blio mendapat tempat yg terbaik disisi Alloh SWT..amin

    BalasHapus
  3. innalillahi wa inalillahi roji'un.....
    turut beduka ya mbak.....semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT, dilapangkan kuburnya dan mendapatkan tempat yg baik. Amin.... dan semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan....

    BalasHapus
  4. penelitian ku tentang kanker payudara lo mbak.
    ayo kita wanita modern jangan mau dikalahin ma yang namanya kanker payudara. cek benjolan dengan SADARI.

    nek aku menyimpulkan, lebih enak mati mendadak. karen ayang jelas tidak akan membuat orang-orang disekitar kita harus menanggung derita. mau tahu?biaya sekali kemoterapi untuk kanker payudara?
    20 juta.
    bagiku, lebih indah bahagia ketika orang-orang yang kucintai tidak ikut semenderita aku.
    :-)

    BalasHapus
  5. Innalillahi wa inalillahi roji'un,
    Turut berduka cita.. bude telah berjuang dgn waktu panjang...
    Smg jalan almh lapang dan hapus segala dosa, amin..

    BalasHapus
  6. mahal banget ya? baru tau kalo biayanya segitu. kita jaga sendiri2 ya, sehat itu mahal, pola makan dan gaya hidup harus diperhatikan..
    yang pasti, meninggal tiba-tiba atau didahului sakit lama, semoga kelak kita semua meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.amin..

    BalasHapus
  7. Inalillahi wa inna ilaihi raji'un...
    semoga bude' mbak mendapatkan khusnul khotimahnya...
    dan smoga qta dapat mengambil hikmah dari kisahnya...

    BalasHapus
  8. kangker payudara....??? semoga Allah melindungi kita ya mbak...! mudah2an Bude ...bahagia di sisi Allah dan mendapat surga..karena kesabarannya..amin...

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊