Selamat pagi...
Hari ini saya posting lagi dongeng saya yang dimuat di Majalah Bobo. Saya mengirim cerita ini bulan Mei 2012 dan dimuat di edisi 51 Maret 2013. Ide cerita ini saya dapatkan saat saya membaca cerita lucu di sebuah majalah. Cerita ini sangat istimewa bagi saya, karena keinginan saya menjadikan desa tempat saya dibesarkan sebagai setting dongeng akhirnya terwujud (horeeee!)
Oke deh, Selamat membaca, semoga bermanfaat ^_^
Si Cerdik Jadik
Oleh: RF.Dhonna
Penduduk Desa Kunir resah.
Seminggu ini sudah tiga kali terjadi pencurian. Barang berharga yang dicuri
dari rumah penduduk kebanyakan berupa perhiasan emas. Diduga kuat, pelakunya
adalah orang yang sama. Karena setiap selesai beraksi, pencuri itu selalu
meninggalkan jejak kaki kotor yang ditempel di tembok rumah orang yang
kecurian.
Segala usaha telah dilakukan
untuk menangkap pencuri kelas kakap itu. Mulai mengaktifkan ronda malam
bergilir, hingga meminta pertolongan pendekar desa. Tetapi pencuri itu selalu
lolos.
Berita ini menyebar ke
seluruh negeri. Raja pun mendengar sepak terjang pencuri itu. beberapa pasukan
pengawal raja segera dikerahkan untuk berjaga-jaga di sekitar istana. Suatu
malam, rumah Tuan Embu—bangsawan istana—yang berada tepat di samping istana
didatangi pencuri itu! Dua ratus uang perak dan tiga liontin kalung emas istri
Tuan Embu hilang!
Kejadian ini tentu saja
menggegerkan istana. Raja mulai khawatir istananya akan didatangi pencuri.
“Bagaimana kalau kita adakan
sayembara untuk menangkap pencuri itu, Baginda?” saran penasihat istana kepada
Raja.
“Hmm…aku tidak yakin
sayembara ini akan berhasil,” jawab Raja.
“Setidaknya kita mencoba
dulu,” ulang si penasihat.
“Baiklah kalau begitu. Segera
tempelkan pengumumannya di segala penjuru!” perintah Raja.
Keesokan harinya, penduduk
ramai-ramai membicarakan sayembara itu. Bukan hanya karena tujuan sayembaranya,
tetapi juga karena hadiahnya. Raja menjanjikan siapapun yang berhasil menangkap
pencuri itu akan diangkat menjadi penasihat pribadinya.
Seorang pemuda bernama Jadik
tertarik mengikuti sayembara itu. Kebetulan pencuri itu pernah mencuri di
rumahnya. Dia pun segera mencari cara untuk menangkap pencuri itu. Berhari-hari
Jadik memikirkan hal itu. Pada hari ketujuh, akhirnya Jadik menemukan perangkap
yang jitu untuk menangkap si pencuri.
Jadik menempel pengumuman di
tembok-tembok. “Saya sudah tahu siapa pencuri yang selama ini meresahkan
masyarakat. Besok akan saya umumkan di alun-alun, siapa nama pencuri itu,”
bunyi pengumuman Jadik.
Pagi-pagi sekali, masyarakat
sudah berbondong-bondong memadati alun-alun. Jadik berdiri di podium,
bersiap-siap hendak berbicara. Wajah Tuan Embu di sampingnya tampak tegang.
Jadik sengaja mengajak bangsawan istana itu untuk menjalankan rencananya.
“Tuan Puan, harap tenang.
Saya akan segera mengumumkan siapa pencuri itu,” suara Jadik menggelegar. Semua
yang hadir di alun-alun seketika berhenti berbicara.
“Kita semua tahu bahwa apa
yang dilakukan pencuri itu sudah sangat meresahkan. Meskipun beraksi sendirian,
pencuri itu selalu berhasil melarikan diri ketika hendak ditangkap. Padahal
kalau Tuan Puan tahu, tubuh pencuri itu sebenarnya pendek dan gemuk. Dia tidak
bisa berlari kencang.
Dia juga bukan orang pintar
seperti yang Tuan Puan kira. Dia bahkan tidak bisa menyebutkan namanya sendiri.
Jadi saya kira Tuan Puan sekalian bisa menebak-nebak sendiri, orang seperti apa
pencuri itu.” Suasana alun-alun riuh. Jadik berhenti sejenak. Seorang laki-laki
berbaju coklat yang berdiri tidak jauh dari podium tampak gusar.
“Dan, apa Tuan Puan tahu,
tempo hari waktu mendatangi rumah Tuan Embu, apa saja yang dicuri pencuri itu?
Dia mencuri seribu keping uang emas, lima kalung berlian, dan sepuluh perhiasan
perak!” Suasana kembali riuh. Tiba-tiba…
“Tunggu! Itu semua tidak
benar! Apa yang dikatakan pemuda ini fitnah!” sela laki-laki berbaju coklat.
Hadirin pun terkejut dan bertanya-tanya, mengapa laki-laki itu mengamuk.
“Tubuh saya tinggi dan tidak
gemuk, saya bisa berlari kencang! Saya juga bisa menyebut nama saya, nama saya
Elan!” teriak laki-laki berbaju coklat itu lantang. Mukanya merah padam menahan
amarah.
“Satu lagi, saya tidak
mencuri sebanyak itu dari rumah Tuan Embu. Saya hanya membawa dua ratus uang
perak dan tiga liontin kalung emas istri Tuan Embu, tidak lebih! Jadi jelas,
pemuda ini bohong!”
Hening sesaat. Lalu tanpa
dikomando, semua yang hadir beramai-ramai melempari laki-laki bernama Elan itu
dengan apa saja yang bisa dilempar. Kemudian dari arah samping kanan kiri podium,
sekelompok orang menyerang Elan yang sibuk melindungi kepalanya dengan kedua
tangannya.
“Berhenti! Tenang…tenang…serahkan
semua pada kami! Ayo semua mundur!” seru seorang kepala penjara. Setelah itu,
beberapa prajurit berseragam mengikat kedua tangan Elan dengan tali. Jadik
tampak lega. Taktiknya berhasil. Ya, laki-laki bernama Elan itulah pencuri yang
selama ini dicari-cari. Keesokan harinya, Jadik resmi diangkat sebagai
penasihat pribadi raja.
Syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita Majalah Bobo
1. Font: Arial
2. Ukuran font: 12
3. Jarak baris: 1,5
4. Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman
250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
5. Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
a. Nama lengkap
b. Alamat rumah
c. Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
d. Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank) Untuk pembayaran honor pemuatan dari majalah Bobo.
6. Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan pekerjaan.
7. Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
Redaksi Majalah Bobo
Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530
Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita
1. Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2. Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras)
3. Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
5. Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
6. Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7. Penulis yang naskahnya diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
8. Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
9. Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
10. Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.
Sumber: Fanpage Majalah Bobo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊