Translate

Sabtu, 18 Mei 2013

Si Cerdik Jadik


Selamat pagi...
Hari ini saya posting lagi dongeng saya yang dimuat di Majalah Bobo. Saya mengirim cerita ini bulan Mei 2012 dan dimuat di edisi 51 Maret 2013. Ide cerita ini saya dapatkan saat saya membaca cerita lucu di sebuah majalah. Cerita ini sangat istimewa bagi saya, karena keinginan saya menjadikan desa tempat saya dibesarkan sebagai setting dongeng akhirnya terwujud (horeeee!) 
Oke deh, Selamat membaca, semoga bermanfaat ^_^



Si Cerdik Jadik
Oleh: RF.Dhonna
Penduduk Desa Kunir resah. Seminggu ini sudah tiga kali terjadi pencurian. Barang berharga yang dicuri dari rumah penduduk kebanyakan berupa perhiasan emas. Diduga kuat, pelakunya adalah orang yang sama. Karena setiap selesai beraksi, pencuri itu selalu meninggalkan jejak kaki kotor yang ditempel di tembok rumah orang yang kecurian.
Segala usaha telah dilakukan untuk menangkap pencuri kelas kakap itu. Mulai mengaktifkan ronda malam bergilir, hingga meminta pertolongan pendekar desa. Tetapi pencuri itu selalu lolos.
Berita ini menyebar ke seluruh negeri. Raja pun mendengar sepak terjang pencuri itu. beberapa pasukan pengawal raja segera dikerahkan untuk berjaga-jaga di sekitar istana. Suatu malam, rumah Tuan Embu—bangsawan istana—yang berada tepat di samping istana didatangi pencuri itu! Dua ratus uang perak dan tiga liontin kalung emas istri Tuan Embu hilang!
Kejadian ini tentu saja menggegerkan istana. Raja mulai khawatir istananya akan didatangi pencuri.
“Bagaimana kalau kita adakan sayembara untuk menangkap pencuri itu, Baginda?” saran penasihat istana kepada Raja.
“Hmm…aku tidak yakin sayembara ini akan berhasil,” jawab Raja.
“Setidaknya kita mencoba dulu,” ulang si penasihat.
“Baiklah kalau begitu. Segera tempelkan pengumumannya di segala penjuru!” perintah Raja.
Keesokan harinya, penduduk ramai-ramai membicarakan sayembara itu. Bukan hanya karena tujuan sayembaranya, tetapi juga karena hadiahnya. Raja menjanjikan siapapun yang berhasil menangkap pencuri itu akan diangkat menjadi penasihat pribadinya.
Seorang pemuda bernama Jadik tertarik mengikuti sayembara itu. Kebetulan pencuri itu pernah mencuri di rumahnya. Dia pun segera mencari cara untuk menangkap pencuri itu. Berhari-hari Jadik memikirkan hal itu. Pada hari ketujuh, akhirnya Jadik menemukan perangkap yang jitu untuk menangkap si pencuri.
Jadik menempel pengumuman di tembok-tembok. “Saya sudah tahu siapa pencuri yang selama ini meresahkan masyarakat. Besok akan saya umumkan di alun-alun, siapa nama pencuri itu,” bunyi pengumuman Jadik.
Pagi-pagi sekali, masyarakat sudah berbondong-bondong memadati alun-alun. Jadik berdiri di podium, bersiap-siap hendak berbicara. Wajah Tuan Embu di sampingnya tampak tegang. Jadik sengaja mengajak bangsawan istana itu untuk menjalankan rencananya.
“Tuan Puan, harap tenang. Saya akan segera mengumumkan siapa pencuri itu,” suara Jadik menggelegar. Semua yang hadir di alun-alun seketika berhenti berbicara.
“Kita semua tahu bahwa apa yang dilakukan pencuri itu sudah sangat meresahkan. Meskipun beraksi sendirian, pencuri itu selalu berhasil melarikan diri ketika hendak ditangkap. Padahal kalau Tuan Puan tahu, tubuh pencuri itu sebenarnya pendek dan gemuk. Dia tidak bisa berlari kencang.
Dia juga bukan orang pintar seperti yang Tuan Puan kira. Dia bahkan tidak bisa menyebutkan namanya sendiri. Jadi saya kira Tuan Puan sekalian bisa menebak-nebak sendiri, orang seperti apa pencuri itu.” Suasana alun-alun riuh. Jadik berhenti sejenak. Seorang laki-laki berbaju coklat yang berdiri tidak jauh dari podium tampak gusar.
“Dan, apa Tuan Puan tahu, tempo hari waktu mendatangi rumah Tuan Embu, apa saja yang dicuri pencuri itu? Dia mencuri seribu keping uang emas, lima kalung berlian, dan sepuluh perhiasan perak!” Suasana kembali riuh. Tiba-tiba…
“Tunggu! Itu semua tidak benar! Apa yang dikatakan pemuda ini fitnah!” sela laki-laki berbaju coklat. Hadirin pun terkejut dan bertanya-tanya, mengapa laki-laki itu mengamuk.
“Tubuh saya tinggi dan tidak gemuk, saya bisa berlari kencang! Saya juga bisa menyebut nama saya, nama saya Elan!” teriak laki-laki berbaju coklat itu lantang. Mukanya merah padam menahan amarah.
“Satu lagi, saya tidak mencuri sebanyak itu dari rumah Tuan Embu. Saya hanya membawa dua ratus uang perak dan tiga liontin kalung emas istri Tuan Embu, tidak lebih! Jadi jelas, pemuda ini bohong!”
Hening sesaat. Lalu tanpa dikomando, semua yang hadir beramai-ramai melempari laki-laki bernama Elan itu dengan apa saja yang bisa dilempar. Kemudian dari arah samping kanan kiri podium, sekelompok orang menyerang Elan yang sibuk melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.
“Berhenti! Tenang…tenang…serahkan semua pada kami! Ayo semua mundur!” seru seorang kepala penjara. Setelah itu, beberapa prajurit berseragam mengikat kedua tangan Elan dengan tali. Jadik tampak lega. Taktiknya berhasil. Ya, laki-laki bernama Elan itulah pencuri yang selama ini dicari-cari. Keesokan harinya, Jadik resmi diangkat sebagai penasihat pribadi raja.



Syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita Majalah Bobo

1.     Font: Arial
2.     Ukuran font: 12
3.     Jarak baris: 1,5
4.     Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman
                            250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
5.     Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
        a.     Nama lengkap
        b.     Alamat rumah
        c.     Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
        d.     Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank) Untuk pembayaran honor pemuatan dari majalah Bobo.
6.     Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan pekerjaan.
7.     Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
        Redaksi Majalah Bobo
        Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
        Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530


Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita

1.     Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2.     Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras)
3.     Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4.     Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
5.     Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
6.     Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7.     Penulis yang naskahnya  diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
8.     Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
9.     Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
10.   Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.

Sumber: Fanpage Majalah Bobo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊