Translate

Minggu, 10 Mei 2009

punya banyak anak (tapi tidak terurus) atau punya sedikit anak (tapi berkualitas)?

Di sekitar saya banyak sekali orangtua ‘tega’. Cirinya, mereka punya banyak anak (rata-rata lebih dari empat orang) tapi ‘dibuang’ semua ke pesantren. Kalau tidak ke pesantren, dikasihkan keluarga dekat yang nggak bisa punya anak, dititipkan ke nenek atau saudara sampai si anak besar, dll. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka sedang berlindung dari ketidakmampuan mereka mengurus anak-anaknya dengan baik. Lalu, kenapa dulu bikin anak banyak kalau tidak bisa mengurus dengan tangan sendiri?

Ada banyak alasan. Pertama, dalam agama yang saya yakini, ada anjuran untuk memperbanyak keturunan, dengan tujuan mencegah punahnya umat. Kedua, jika mampu mencetak banyak generasi penerus yang soleh soleha, itu akan mendatangkan pahala tersendiri, dan anak yang demikian kelak bisa menolong orangtuanya di akhirat.
Maka berlomba-lombalah mereka memperbanyak anak (disamping karena alasan klasik banyak anak banyak rejeki). Letak kesalahan mereka, itu dilakukan tanpa pertimbangan dan perencanaan yang baik. Salah satu buktinya, mereka santai saja main lempar tanggung jawab pengasuhan ke pesantren dan sejenisnya, tanpa memperhatikan aspek psikologi anak. Mau tidak mau, mereka tetap memaksa anaknya masuk pesantren atau ikut budenya, padahal si anak ingin dekat dengan ayah ibunya, butuh kasih sayang mereka. akibatnya, begitu keluar pesantren misalnya, tingkah laku anak jadi nggak sesuai harapan. Bukan jadi alim, tapi tambah lalim. Banyak sekali saya jumpai kasus seperti itu.
Memang nggak salah menitipkan anak ke pesantren dkk. itu. Selain melatih kemandirian dan ketangguhan anak di masa depan, anak juga mendapat ilmu agama yang bagus (ini jika masuk pesantren). Tapi ada baiknya sebelum hal itu dilakukan, perhatikan dulu kesiapan fisik dan mental anak.
Itu sekilas gambaran tentang keluarga dengan banyak anak. Lalu bagaimana dengan keluarga dengan sedikit anak?
Saya terlahir sebagai sulung dari empat bersaudara. Saya betul-betul merasakan bagaimana dulu saya tumbuh tanpa kasih sayang dan perhatian yang cukup. Untung saya sadar diri, bahwa perhatian orangtua harus dibagi-bagi kepada adik-adik saya yang lain. Jadi saya tidak menuntut perhatian lebih (meski sebenarnya saya ingin sekali). Berkaca dari pengalaman itu, saya sempat berpikir, apa iya, kalau jadi anak tunggal atau cuma punya saudara kandung satu, anak bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang berlimpah?
Saya survei kecil-kecilan. Kesimpulan hasil pengamatan saya pribadi, anak yang terlahir dalam keluarga dengan sedikit anak, kesejahteraan, perhatian serta kasih sayangnya tercukupi. Ini menjadikan mereka sukses di masa depan. Ini kecenderungan yang saya tangkap setelah dipengaruhi sedikit prediksi.
Saya yakin, jika disuruh mengurus sendiri anak-anaknya (tidak melempar tanggung jawab pengasuhan ke pihak lain), pasti banyak orangtua yang tidak sanggup, pasti banyak yang tidak mau punya banyak anak. Apalagi jika punya pasangan (istri/suami) tukang ngeluh, yang nggak mau direpotkan dengan tetek bengek anak, yang cuek beibeh, nggak bisa mandiin-nggendong anak-nyebokin bekas pupnya, nggak mau terlibat pengasuhan anak secara mendalam, anak berulah atau mengganggu sedikit sudah senewen, dll. Bisa-bisa stres dan remuk redam sendirian.
Saya pribadi cenderung memilih statemen kedua pada judul tulisan, yaitu punya sedikit anak (maunya nggak lebih dari dua, kalau bisa sih satu aja ;)), tapi benar-benar berkualitas di mata manusia juga di mata Sang Pencipta. Saya ingin sekali kelak bisa mencetak anak seperti ini… (mudah-mudahan diridoi, amin). Bukan karena saya takut nggak punya harta untuk membesarkan anak saya yang lain (saya percaya setiap anak bawa rezeki masing-masing) atau karena trauma melahirkan. Saya nggak mau punya banyak anak tapi ‘terlantar’ semua gara-gara kesibukan saya.
Saya sadar, kemampuan saya terbatas. Maka saya tidak ingin melakukan sesuatu di luar batas yang saya mampu. Saya bisa K-O.
Saya berpendapat, anak adalah amanah. Kalau bisa, jangan sampai ditelantarkan, nggak diurus, dirampas hak-haknya. Nanti malah kita para orangtua yang dosa besar, jika karena hal-hal tersebut anak kita jadi manusia yang nggak karuan, nggak taat sama Tuhan. Naudzubillah, jangan sampai.
Kalau ada keluarga dengan banyak anak dan berhasil mengantar semua anaknya menjadi manusia berkualitas dunia akhirat, subhanallah, salut, berarti kedua orangtuanya adalah orangtua yang sangat hebat.
Saya tak hendak mempengaruhi siapa pun. Ini bukan kampanye KB atau apa. Saya hanya ingin berbagi uneg-uneg ;)

24 komentar:

  1. berhubung belum berkeluarga,sementara ini berpendapat terserah berapa anak yg bakal di-amanahkan-NYA,yg penting berusaha membuatnya berkualitas. so klise ya :D

    BalasHapus
  2. wah bunda rayya lagi mengadakan penelitian ya...
    kalo pendapatku setuju yg sedikit anak namun berkualitas.
    tapi bundaa rayya jangan punya satu ah...,kasian kan nanti rayya ga ada saudaranya,
    paling ga dua bun...biar rame dikit n kita juga tambah semangat merawat n mendidiknya.
    semua itu tergantung kita gmn cara mendidik anak..,insya allah kita diberi kemampuan tuk mendidik anak2 kita sampai berhasil,amiiiin.

    BalasHapus
  3. maaph yah bund, blum sempat baca isinya neh..
    ray dah ngantuk bangeddd...
    tapi dari judulnya..
    ray setuju kalo punya sedikit anak tapi berkualitas ^^

    BalasHapus
  4. termasuk yg g sanggup punya banyak anak..... hihihihi..... mo nya dikit aja. tapi berkualitas TOP. aamiin...........
    tapi bkn berarti g setuju sm anak banyak lho ya....
    kayak bu yoyoh yusroh anggota DPR tuh. anaknya (klo g salah) 13, smua jd hafidzh (penghapal al quran). klo aq g sanggup.....

    BalasHapus
  5. yang sesuai sunnah nabi itu banyak anak dan sangat terurus. wallahu'alam

    BalasHapus
  6. meski blm punya anak dan blm menikah, tulisan ini sangat bermanfaat
    yg pasti jangankan ketika akan memiliki anak, ketika akan menikah saja itu butuh perencanaan yg matang :)

    BalasHapus
  7. mungkin tulisan ini bisa ditambahkan dan dicompare antara dua tipe keluarga yang sedikit anak dan banyak anak. biar lebih maknyus :)

    keluarga ustadz yg banyak anak juga mungkin bisa diulas di sini hehe

    BalasHapus
  8. kalo d compare kayaknya g fair y. soalnya ini kan ttg pengalaman pribadi. kecenderungan kita sendiri. kayak ngomongin poligami. g bisa dicompare. tergantung masing masing pelaku. yg perlu diyakini cm, poligami mmg diperbolehkan o agama Islam. piss... opini aja. betul bunda raya? :)

    BalasHapus
  9. setuju juga...
    sedikit tp berkualitas....
    krn aku n suami lahir dr keluarga besar...merasa dl kurang kasih sayang yg notabene ibu sibuk mengurus dapur n kerjaan rumah(krn gak punya PRT), anak terbengkalai semua n ayah sibuk mencari uang....
    mengaca dr pengalaman ortu sendiri nih,,,
    jd maunya paling banyak 3 n minimal 2 deh...biar anak2 bs saya urus n besarkan sendiri...gak sibuk dgn urusan dapur n kerjaan rumah yg lain...semoga saya bs membawa amanah Allah swt.

    BalasHapus
  10. Belum lagi alasan susah lahiran yah mba heehehheheh...:)

    BalasHapus
  11. Berhubung belum menikah syana c nanti kl dah berkeluarga pengennya 2 anak aja Bunda cukup yang terpenting pendikikan akhlaknya terjamin dan berkecukupan ... Amin

    BalasHapus
  12. iya sih. sebenarnya saya juga terserah mau dikasih berapa sm yang di atas. kalo menurut-Nya saya mampu, trus dksh lagi ya gak nolak...

    BalasHapus
  13. iya juga ya mbak, kasian raya kalo sendirian, hehe. tapi ntar aja kalo raya minta sendiri, siap punya adek, baru deh dipertimbangkan enaknya ngasih adek buat raya brp, ;)

    BalasHapus
  14. nah itu dia, bu yoyoh mang perempuan hebat yang layak diteladani, langka. tapi kyknya gak bs deh niru beliau...

    BalasHapus
  15. setahu saya juga begitu. tapi saya jarang sekali menemui yang seperti itu di masyarakat

    BalasHapus
  16. hmmm..gimana kalo mbak yang ngulas? hehe..

    BalasHapus
  17. betul mbak... ini pendapat pribadi dari kacamata saya...;)

    BalasHapus
  18. kalo melahirkan mah, gak masalah kayaknya pak, asal punya suami siaga yang pengertian dan baik hati ;)

    BalasHapus
  19. yup, setuju, yang penting dan utama adalah pendidikan akhlaknya

    BalasHapus
  20. Kalo saya sih maunya punya banyak anak (minimal 5) tapi terurus...insya Allah bisa asal jaraknya ga terlalu dekat. Enak lagi Bun, rumah rame dengan anak-anak....tapi ya...masing2 orang bisa ngukur kemampuannya masing2 sih. Cuma menurut saya, jangan terlalu dikontradiksikan :) Pengalaman saya pribadi, sama kayak Mba, sulung dari 4, tapi ga merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang. Sekarang saya juga lagi hamil anak ke-4.

    BalasHapus
  21. wah, selamat ya.. dah mau 4, keren..
    duluuu sekali, saya smpt pgn punya bnyk anak
    tapi setelah merasakan susahnya hidup di perantauan, jauh ortu & sodara, jadi pikir 1000 kali lagi deh...;)

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊