Translate

Minggu, 26 Mei 2013

Monster Jagung





Ini adalah dongeng saya yang dimuat di Majalah Bobo no. 49, Maret 2013. Saya mengirim cerita ini pertengahan Juni 2012. Ide cerita ini saya dapatkan setelah saya membaca (ulang) dongeng Kebun Pak Quink karya Enid Blyton. Oke deh, Selamat membaca, semoga bermanfaat ^_^

Monster Jagung
Oleh: RF.Dhonna

Matahari baru muncul dari celah bukit. Bibi Emeli membuka jendela kamar yang menghadap ke ladang jagung miliknya. Tiba-tiba matanya terbelalak, “Perbuatan siapa ini?” keluhnya geram. Tergopoh-gopoh Bibi Emeli keluar rumah, memunguti bonggol-bonggol jagung yang berserakan di tanah.
Keesokan paginya, kejadian itu terulang lagi. Jumlah bonggol jagung yang berserakan pun semakin banyak.
 “Aww!” teriak Bibi Emeli. Tanpa sengaja wanita itu menginjak pecahan botol limun. Untung kakinya hanya tergores sedikit. Ketika berjalan ke tengah ladang, ia menemukan sisa api unggun. Hm, sepertinya ada pesta bakar jagung semalam.
“Siapa pun yang mencuri jagungku, aku bersumpah akan memberinya pelajaran!” gerutunya kesal.
Bibi Emeli menyisir ladang jagungnya dari ujung ke ujung, mencoba mencari jejak kaki si pencuri. Sayang, jejak kaki itu tak ditemukan. Wanita itu pun semakin kesulitan melacak si pencuri.
Sepanjang hari itu Bibi Emeli terus mengomel. Ia gagal memanen jagung. Rencananya untuk membuat pai jagung kismis pun berantakan.
Bibi Emeli sibuk memikirkan bagaimana cara menangkap pencuri itu. Malamnya ia berjanji akan terus terjaga.
Menjelang tengah malam, mata tua Bibi Emeli rupanya tak kuat menahan kantuk. Ia pun tertidur dengan posisi kepala menyelonjor beralas kedua tangan yang tertangkup di atas meja. Dengkurannya terdengar hingga keluar jendela.
Sejurus kemudian, serombongan makhluk kerdil bertopi lancip panjang muncul dari balik pohon besar tak jauh dari ladang. Mereka bersepuluh, berbaris rapi sambil bernyanyi dan memanggul karung di punggung masing-masing.
Makhluk-makhluk tak kasat mata itu adalah gerombolan kurcaci nakal yang pekerjaannya mencuri jagung-jagung siap panen. Ketika ladang jagung Bibi Emeli sudah dekat, “Ssst, jangan berisik,” kurcaci paling depan memberi aba-aba. “Lihat, jendela kamar Bibi Em terbuka. Kita harus hati-hati,” kurcaci itu mengingatkan teman-temannya. Mereka pun mengendap-endap.
Sebelum beraksi, kurcaci-kurcaci itu mengeluarkan sebongkah kayu menyerupai garpu untuk menyerut biji jagung. Ladang Bibi Emeli cukup luas, tak heran jika aksi mereka berlangsung selama berhari-hari. Sambil menyerut, mereka tak henti memakan biji-biji jagung manis muda yang masih segar itu.
“Pergi kaliaaaan…!” hardik Bibi Emeli tiba-tiba.
Mendengar suara menggelegar Bibi Emeli, para kurcaci itu pun lari tunggang langgang. Saking takutnya, topi salah satu kurcaci tersangkut di batang jagung yang menjuntai.
Sepeninggal kurcaci-kurcaci itu, Bibi Emeli kembali mendengkur. Rupanya tadi ia mengigau. Wanita itu pun pulas hingga pagi.
Cericit burung gereja membuat Bibi Emeli tergeragap bangun. Ia menyesal semalam tertidur.
Tergesa Bibi Emeli memakai sepasang sepatu bootnya, lalu beranjak ke ladang. Sambil terus merutuki diri, wanita tua itu menyingkap satu persatu deretan tanaman jagung di ladangnya. Sekali lagi ia mencoba mencari jejak si pencuri.
“Wah, apa ini?” Bibi Emeli menemukan topi kerucut mungil tersangkut di batang jagung! Sejenak diamatinya topi berukuran sejari telunjuk orang dewasa itu.
“Hm, aku tahu siapa yang punya topi ini,” gumamnya. “Lihat saja, besok kalian tidak akan berani lagi datang kemari. Aku berjanji, nanti malam akan jadi malam terakhir untuk kalian,” ujarnya bersemangat.
Bibi Emeli meletakkan senter raksasa miliknya tepat di tengah jendela. Dibukanya kulit sebonggol jagung secara perlahan agar rambut jagung tak ikut terbuang, lalu ditatanya rambut jagung yang agak ikal itu dengan rapi. Selanjutnya Bibi Emeli mendandani jagung dengan sebatang ijuk yang dibentuk serupa jari alien, lalu dililitkan di tengah-tengah bonggol. Ah, selesai. Bibi Emeli tampak tak sabar.
Malam datang. Bibi Emeli menjerang air untuk membuat segelas kopi. Ia menghabiskan waktu di atas kursi malasnya sambil membaca buku. Sebentar-sebentar kepalanya melongok keluar jendela. Takut para kurcaci itu datang lebih awal.
Sinar bulan tampak penuh. Langit semarak dihiasi kerlip bintang. Ladang Bibi Emeli seperti panggung yang disorot ribuan lampu. Serombongan kurcaci berjingkat-jingkat menuju ladang. Di saat yang sama, Bibi Emeli memadamkan lampu seluruh ruangan. Ia tahu kapan makhluk-makhluk kerdil itu datang.
Bibi Emeli menegakkan telinga, seperti kelinci yang siap berlari sembunyi dari kejaran binatang buas. Tangan kirinya menegakkan bonggol jagung yang tadi dihiasnya. Di belakang bonggol itu tangan kanannya bersiap memencet tombol senter.
Di kejauhan Bibi Emeli melihat sejumlah karung melayang-layang disertai bunyi gemerisik rumput kering yang terinjak. Tiba-tiba, BYAR, di langit muncul sesosok monster raksasa dengan rambut panjang terurai dan tubuh dipenuhi totol-totol mengerikan. Melihat itu, para kurcaci lari terbirit-birit. Bibi Emeli menciptakan monster itu dari jagung yang disorot dengan cahaya senter.
Paginya, segulung kertas berisi permintaan maaf dari para kurcaci diterima Bibi Emeli. Wanita itu tersenyum, taktiknya berhasil.
Apa ladang jagungmu pernah kedatangan pencuri misterius? Hm, monster jagung ciptaan Bibi Emeli mungkin bisa membantumu untuk mengusirnya.

Syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita Majalah Bobo

1.     Font: Arial
2.     Ukuran font: 12
3.     Jarak baris: 1,5
4.     Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman
                            250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
5.     Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
        a.     Nama lengkap
        b.     Alamat rumah
        c.     Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
        d.     Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank) Untuk pembayaran honor pemuatan dari majalah Bobo.
6.     Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan pekerjaan.
7.     Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
        Redaksi Majalah Bobo
        Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
        Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530


Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita

1.     Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2.     Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras)
3.     Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4.     Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
5.     Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
6.     Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7.     Penulis yang naskahnya  diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
8.     Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
9.     Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
10.   Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.

Sumber: Fanpage Majalah Bobo 

2 komentar:

  1. Cerita yang bagus Mbak :)
    Ngmg2 kalau dimuat di bobo itu, standar honor disananya berapa?

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊