Sebuah jembatan raksasa yang membelah sungai Mahakam
adalah pertanda bahwa Anda telah memasuki pusat kota Samarinda, Kalimantan
Timur. Tak jauh dari jembatan itu, berdiri masjid terbesar kedua di Asia
Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta, yaitu Islamic Center Samarinda (ICS).
Tidak ada salahnya jika Anda membelokkan kendaraan yang Anda tumpangi dan rehat
sejenak disana.
Meski terhitung sering bertandang ke masjid kebanggaan
masyarakat Samarinda itu, saya tak pernah bosan mengagendakan kunjungan kesana,
apalagi jika ada acara penting. Seperti siang itu, meski cuaca panas amat
menyengat, saya tetap antusias untuk menghadiri acara Mendongeng Bersama Kak Bimo bersama suami dan putri kecil saya.
Acara yang digelar di lantai dasar masjid itu mendatangkan pendongeng terkenal
dari Yogyakarta.
Ya, bukan cuma tabligh akbar yang bisa
diselenggarakan di masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu itu. Resepsi
pernikahan pun kerap memanfaatkan gedung serbaguna masjid yang berkapasitas
5000 orang sebagai tempat penyelenggaraan acara.
Arsitektur
Super Mewah
Tiba di masjid, area parkir kendaraan telah penuh.
Kami pun terpaksa memarkir kendaraan di basement.
Deretan pohon kurma yang tertata rapi di halamannya yang luas tak mampu
menaungi kami dari terik matahari. Kami pun segera berlari menuju selasar
masjid yang dipenuhi anak-anak balita
bersama orangtua masing-masing.
Tiang-tiang selasar yang dipasang renggang membuat
angin leluasa keluar masuk. Selasar yang dihiasi lampu-lampu berlapis kuningan
pada dindingnya ini mengelilingi area masjid. Pada malam hari, cahaya dari
ratusan nyala lampu itu menghadirkan suasana yang amat romantis. Tak jarang
pasangan yang hendak menikah memanfaatkan keindahan arsitektur selasar masjid
ini sebagai latar foto pre wedding
mereka.
Kemegahan masjid yang diresmikan tahun 2008 lalu ini
selalu membuat saya bertasbih. Desain interior dan eksteriornya penuh dengan
simbol yang bermakna. Masjid ini memiliki tujuh menara yang desainnya
terinspirasi Masjid Nabawi Madinah. Satu diantaranya adalah menara utama
setinggi 99 meter yang melambangkan asmaul husna, sedangkan enam lainnya
melambangkan rukun iman. Anak tangga dari lantai dasar ke lantai utama masjid
berjumlah 33 buah, sama dengan sepertiga jumlah biji tasbih.
Kemegahan salah satu landmark kota tepian itu semakin tampak ketika kita memasuki lantai
utama yang berfungsi sebagai tempat solat. Bila Anda menuju lantai utama
melalui arah depan, sebuah bedug berukuran 1,8 meter yang berdiri diantara dua
tangga dan dua eskalator akan menjadi pemandangan pertama yang menakjubkan.
Memasuki ruangan yang berkapasitas 20.000 jamaah itu, kaki kita akan menyentuh lantai
keramik granit yang dingin. Mihrab yang dindingnya menggunakan marmer hijau
dengan aksen kerawangan berjumlah 12 buah tampak cantik dari kejauhan. Mimbar
khotbah yang menggunakan material kayu jati pilihan menambah kesan mewah tempat
imam solat itu.
Begitu memandang langit-langit, plafon kubah utama
yang berbentuk dome akan membuat kita
semakin berdecak kagum. Kubah yang desainnya terilhami oleh kubah Masjid Haghia
Sophia Istambul-Turki tersebut menggunakan metal
perforated dan ornamen fyber
reinforcement plastic (FRP) dengan dihiasi lampu lapis kaca patri pada bagian
tengah paling atas. Lampu-lampu gantung yang ada di sekitarnya membuat
pemandangan di lantai utama kian menawan.
Bila ingin melihat Kota Samarinda dari ketinggian,
kita bisa naik ke menara utama yang terdiri dari 15 lantai. Untuk mencapai lantai
teratas, kita bisa menaiki tangga atau memanfaatkan lift yang berkapasitas 10
orang dewasa. Keelokan sungai Mahakam yang dipenuhi kapal-kapal pengangkut batu
bara di permukaannya akan terlihat dari sana.
Suasana berbeda akan terasa ketika kita menikmati
keindahan masjid di malam hari dari tepian sungai Mahakam yang terletak persis
di seberang masjid. Cahaya lampu yang berpendar dari tiap sudut masjid akan
menimbulkan efek dramatis. Bagi penggemar fotografi, pemandangan seperti ini
sayang untuk dilewatkan tanpa jepretan kamera.
Bangunan
Penunjang
Islamic Center Samarinda yang berdiri di atas tanah
seluas delapan hektar ini memiliki beberapa bangunan penunjang. Selain bangunan
utama berupa masjid, terdapat pula poliklinik, taman kanak-kanak, asrama, rumah
imam dan penjaga masjid, dan gedung serbaguna.
Sementara ini, di area masjid belum tersedia tempat
semacam restoran atau toko suvenir. Pengunjung bisa berbelanja diluar area
masjid, kecuali saat ada bazar di halaman masjid. Deretan gerai amplang,
penganan khas Samarinda, berjejer di sepanjang jalan tak jauh dari masjid. Kita
bisa membeli oleh-oleh disana.
Adzan duhur berkumandang. Saya dan suami pun segera
mengambil wudu agar bisa mengikuti solat berjamaah. Kedamaian menyergap saat
jiwa dan raga ini menyatu untuk menghadap kepada-Nya. Saya pun larut dalam
kekhusyukan. Selesai berdzikir dan berdoa, kami langsung menuju tempat acara.
Ratusan anak berbondong-bondong mengantri di pintu masuk. Memasuki ruang lantai
dasar yang lapang, keriuhan seketika tercipta oleh suara anak-anak yang
berlarian kesana kemari.
Catatan:
Perjalanan ke Samarinda bisa dilakukan dengan rute
pesawat Jakarta-Balikpapan. Harga tiket bervariasi, tetapi jika hari normal
bisa mendapatkan tiket supermurah mulai Rp 300 ribu per orang. Tiba di Bandara
Sepinggan Balikpapan, pelancong bisa menyewa mobil carter seharga Rp 300 ribu,
naik travel seharga Rp 50-100 ribu, atau memesan taksi bandara dengan biaya Rp
225 ribu untuk menuju Samarinda. Perjalanan menghabiskan waktu 2—3 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊