Translate

Jumat, 14 Februari 2014

Islamic Center Samarinda: Dari Tabligh Akbar Hingga Foto Pre Wedding





Sebuah jembatan raksasa yang membelah sungai Mahakam adalah pertanda bahwa Anda telah memasuki pusat kota Samarinda, Kalimantan Timur. Tak jauh dari jembatan itu, berdiri masjid terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta, yaitu Islamic Center Samarinda (ICS). Tidak ada salahnya jika Anda membelokkan kendaraan yang Anda tumpangi dan rehat sejenak disana. 

Meski terhitung sering bertandang ke masjid kebanggaan masyarakat Samarinda itu, saya tak pernah bosan mengagendakan kunjungan kesana, apalagi jika ada acara penting. Seperti siang itu, meski cuaca panas amat menyengat, saya tetap antusias untuk menghadiri acara Mendongeng Bersama Kak Bimo bersama suami dan putri kecil saya. Acara yang digelar di lantai dasar masjid itu mendatangkan pendongeng terkenal dari Yogyakarta.

Ya, bukan cuma tabligh akbar yang bisa diselenggarakan di masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu itu. Resepsi pernikahan pun kerap memanfaatkan gedung serbaguna masjid yang berkapasitas 5000 orang sebagai tempat penyelenggaraan acara.

Arsitektur Super Mewah
Tiba di masjid, area parkir kendaraan telah penuh. Kami pun terpaksa memarkir kendaraan di basement. Deretan pohon kurma yang tertata rapi di halamannya yang luas tak mampu menaungi kami dari terik matahari. Kami pun segera berlari menuju selasar masjid yang dipenuhi  anak-anak balita bersama orangtua masing-masing. 

Tiang-tiang selasar yang dipasang renggang membuat angin leluasa keluar masuk. Selasar yang dihiasi lampu-lampu berlapis kuningan pada dindingnya ini mengelilingi area masjid. Pada malam hari, cahaya dari ratusan nyala lampu itu menghadirkan suasana yang amat romantis. Tak jarang pasangan yang hendak menikah memanfaatkan keindahan arsitektur selasar masjid ini sebagai latar foto pre wedding mereka.
Kemegahan masjid yang diresmikan tahun 2008 lalu ini selalu membuat saya bertasbih. Desain interior dan eksteriornya penuh dengan simbol yang bermakna. Masjid ini memiliki tujuh menara yang desainnya terinspirasi Masjid Nabawi Madinah. Satu diantaranya adalah menara utama setinggi 99 meter yang melambangkan asmaul husna, sedangkan enam lainnya melambangkan rukun iman. Anak tangga dari lantai dasar ke lantai utama masjid berjumlah 33 buah, sama dengan sepertiga jumlah biji tasbih.


Kemegahan salah satu landmark kota tepian itu semakin tampak ketika kita memasuki lantai utama yang berfungsi sebagai tempat solat. Bila Anda menuju lantai utama melalui arah depan, sebuah bedug berukuran 1,8 meter yang berdiri diantara dua tangga dan dua eskalator akan menjadi pemandangan pertama yang menakjubkan. Memasuki ruangan yang berkapasitas 20.000 jamaah itu, kaki kita akan menyentuh lantai keramik granit yang dingin. Mihrab yang dindingnya menggunakan marmer hijau dengan aksen kerawangan berjumlah 12 buah tampak cantik dari kejauhan. Mimbar khotbah yang menggunakan material kayu jati pilihan menambah kesan mewah tempat imam solat itu.


Begitu memandang langit-langit, plafon kubah utama yang berbentuk dome akan membuat kita semakin berdecak kagum. Kubah yang desainnya terilhami oleh kubah Masjid Haghia Sophia Istambul-Turki tersebut menggunakan metal perforated dan ornamen fyber reinforcement plastic (FRP) dengan dihiasi lampu lapis kaca patri pada bagian tengah paling atas. Lampu-lampu gantung yang ada di sekitarnya membuat pemandangan di lantai utama kian menawan. 

Bila ingin melihat Kota Samarinda dari ketinggian, kita bisa naik ke menara utama yang terdiri dari 15 lantai. Untuk mencapai lantai teratas, kita bisa menaiki tangga atau memanfaatkan lift yang berkapasitas 10 orang dewasa. Keelokan sungai Mahakam yang dipenuhi kapal-kapal pengangkut batu bara di permukaannya akan terlihat dari sana.


Suasana berbeda akan terasa ketika kita menikmati keindahan masjid di malam hari dari tepian sungai Mahakam yang terletak persis di seberang masjid. Cahaya lampu yang berpendar dari tiap sudut masjid akan menimbulkan efek dramatis. Bagi penggemar fotografi, pemandangan seperti ini sayang untuk dilewatkan tanpa jepretan kamera.

Bangunan Penunjang
Islamic Center Samarinda yang berdiri di atas tanah seluas delapan hektar ini memiliki beberapa bangunan penunjang. Selain bangunan utama berupa masjid, terdapat pula poliklinik, taman kanak-kanak, asrama, rumah imam dan penjaga masjid, dan gedung serbaguna. 

Sementara ini, di area masjid belum tersedia tempat semacam restoran atau toko suvenir. Pengunjung bisa berbelanja diluar area masjid, kecuali saat ada bazar di halaman masjid. Deretan gerai amplang, penganan khas Samarinda, berjejer di sepanjang jalan tak jauh dari masjid. Kita bisa membeli oleh-oleh disana.
Adzan duhur berkumandang. Saya dan suami pun segera mengambil wudu agar bisa mengikuti solat berjamaah. Kedamaian menyergap saat jiwa dan raga ini menyatu untuk menghadap kepada-Nya. Saya pun larut dalam kekhusyukan. Selesai berdzikir dan berdoa, kami langsung menuju tempat acara. Ratusan anak berbondong-bondong mengantri di pintu masuk. Memasuki ruang lantai dasar yang lapang, keriuhan seketika tercipta oleh suara anak-anak yang berlarian kesana kemari.

Catatan:
Perjalanan ke Samarinda bisa dilakukan dengan rute pesawat Jakarta-Balikpapan. Harga tiket bervariasi, tetapi jika hari normal bisa mendapatkan tiket supermurah mulai Rp 300 ribu per orang. Tiba di Bandara Sepinggan Balikpapan, pelancong bisa menyewa mobil carter seharga Rp 300 ribu, naik travel seharga Rp 50-100 ribu, atau memesan taksi bandara dengan biaya Rp 225 ribu untuk menuju Samarinda. Perjalanan menghabiskan waktu 2—3 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊