Translate

Minggu, 08 Juni 2008

tentang seorang kawan

 
Siang itu panas banget. Setumpuk naskah cerpen di depan mata saya—yang menunggu giliran untuk diseleksi—membuat suasana tambah gerah. Waktu itu saya masih mahasiswa semester tiga, ditugaskan menjadi sekretaris pelaksana sebuah lomba menulis oleh organisasi mahasiswa intra kampus yang saya masuki sejak semester satu, UKMP.

Sebuah naskah dengan penampilan lain dari yang lain (karna cuma naskah ini yang dilengkapi footnote, kayak Supernova gitu....) tiba-tiba tertangkap mata saya. Judulnya AWARD, anonim, karena nama penulisnya udah di tip-ex sama temen-temen. Jujur, awalnya saya ngeremehin, karna selama beberapa hari nyeleksi cerpen, semua pada ngebosenin, yang diangkat tetep itu-itu... aja!
 Ogah-ogahan saya baca. Satu kata, satu kalimat, satu paragraf selesai... WOW, paragraf pembukanya te-o-pe be-ge-te abis! Bener kata para maestro cerpen, paragraf pertama tuh penentu. Saya terpikat, saya teruskan menelusuri kata demi kata, sampai halaman terakhir. Saya tarik napas panjang, bukan kekecewaan, tapi ekspresi sebuah kelegaan setelah terlibat dalam jalinan konflik cerpen AWARD. Saya nggak ragu menyisihkan cerpen itu ke tumpukan 30 besar yang bakal diserahkan ke juri tahap 2.
"Rek, Award iki karyae sopo se (Award ini karya siapa)?" tanyaku pada seorang kawan. Dia langsung mbuka daftar peserta lomba menulis cerpen dan puisi tentang lingkungan hidup tingkat mahasiswa se-Jawa Timur di tangannya.
"Rafiqa Qurrata A'yun." jawab teman saya singkat.
Dalam hati saya bertekad untuk 'nyari' yang namanya Rafiqa di malam penobatan pemenang, 5 Juni 2004 nanti. Semua peserta dapat undangan. Berhari-hari saya didera penasaran. Itulah awal persentuhan saya dengan fiqa. Sebelum kenal orangnya, saya kenalan dulu sama karyanya yang menurut saya amat sangat cerdas itu.
Kata pepatah Pucuk dicinta ulam tiba. Begini ceritanya. Siang itu....
"Mbak, permisi, saya Fiqa, yang ikut lomba cerpen." Sambil nerima uluran tangannya, saya masih nggak ngeh kalau cewek berjilbab hitam itu adalah si penulis Award yang saya cari.
"Mbaknya dari mana?" tanya saya mulai menginterogasi.
"UNIBRAW." Jawabnya. Lalu, tanpa diminta dia langsung berceloteh kalau semalam ditelpon panitia, disuruh ngambil undangan acara penobatan pemenang lomba cerpen puisi lingkungan hidup di resto Gama. Dia sempat tanya tentang ke-UKMP-an juga, apa saja kegiatan organisasi kepenulisan kampus yang (waktu itu) hampir dua tahun saya 'gauli' itu, so on. Setelah panjang lebar ngobrol, saya sodorkan selembar undangan + buku peserta.
"Tulis nama dan tanda tangan disini ya, Mbak," tunjuk saya. Selesai, dia langsung pergi.
Saya baca buku peserta tadi. Sadarlah saya, bahwa yang menemui saya barusan adalah RAFIQA QURRATA A'YUN!
Kesan pertama ketemu fiqa, orangnya cukup ramah, ngomong apa aja nyambung, 'n murah senyum. Apalagi setelah dekat, she's so nice person buat diajak ngalor ngidul, mulai bahas fiksi, film sampai politik.
Sejak sobatan sama fiqa, saya jadi ketularan apapun yang ditularkan dia, baik yang sengaja ditularin/gak sengaja (apa coba?). Kalau ada lomba apa, bedah buku atau bursa buku dimana, diskusi apa plus siapa penulis yang datang, kami selalu nggak lupa bertukar info. Agaknya kesamaan hobi, minat, visi dan misi hidup semakin mendekatkan kami.
Fiqa berhasil menyemayamkan virus 'iri' di hati saya, karna masih semuda itu dia sudah mengantongi banyak prestasi di bidang yang ia minati. Dia pernah menjadi reporter di Surabaya Post waktu masih SMP dan juara I lomba menulis cerpen majalah Kawanku ketika di SMA. Tulisannya, terutama cerpen, sudah mampir dimana-mana, mulai media cetak lokal sampai nasional. Nggak heran, karena hasil 'ketukan kibort komputer'nya selalu meninggalkan efek dahsyat plus mengagumkan. Suatu hari dia memberi saya sebuah bundel fotokopian berisi kumpulan cerpennya dari jaman baheula sampai jaman ’modern’. Saya senang sekali. Sampai sekarang bundel itu masih saya simpan.
Sekarang dia di Jakarta, dua tahun ini dia ’nguli tinta’ di Detik.com setelah sebelumnya diterima juga di Jawa Pos. Meski nggak pernah ketemu lagi, saya masih kontak dengannya meski jarang. Dia adalah salah satu dari seabrek teman saya yang luar biasa.

thx 4 evrything ya pik...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊