Translate

Kamis, 19 Maret 2015

[Resensi] Panduan Praktis tentang Pendidikan yang Menumbuhkan





Judul Buku: Anak Bukan Kertas Kosong
Penulis: Bukik Setiawan
Penerbit: Pandamedia
Tebal Buku: xxx + 250 halaman
Terbit: Februari 2015

Setiap anak terlahir sebagai pribadi yang istimewa. Keistimewaan tersebut diantaranya berwujud bakat dan kecerdasan.  Bakat dan kecerdasan anak akan terlihat seiring dengan pertumbuhannya. Buku Anak Bukan Kertas Kosong mencoba mengupas bagaimana sebaiknya para orangtua mendidik anak-anak mereka agar kelak di masa depan anak-anak bisa mandiri dan bahagia dengan bakat serta kecerdasan yang dimilikinya.

Bakat adalah dasar kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman berpikir. Keduanya tidak bisa diseragamkan, karena masing-masing anak memiliki bakat dan kecerdasan yang unik. Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia saat ini tidak bisa menghargai keunikan anak. Hal inilah yang menjadi kegelisahan utama Bukik Setiawan, sehingga ia terdorong untuk menulis buku Anak Bukan Kertas Kosong. Bukik yang juga seorang pegiat parenting ini meyakini bahwa anak adalah benih kehidupan yang memunyai keistimewaan. Oleh karena itulah, menurut Bukik, pendidikan itu seharusnya ‘menumbuhkan’, bukan ‘menanamkan’. 

Anak memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi profesi. Daripada mematikan potensi tersebut, ada baiknya orangtua berusaha untuk lebih mengenal diri, kekuatan, dan minat anak. Misalnya, seorang anak unggul pada pelajaran bahasa, tetapi lemah pada pelajaran berhitung. Seandainya anak Anda mengalami ini, apa yang akan Anda lakukan? Memaksanya ikut les Matematika? Kebanyakan orangtua akan memilih mengikutkan anak les pelajaran yang dianggap kurang. Padahal jika si anak berminat les bahasa, bisa jadi kemampuan berbahasanya akan semakin bagus. Siapa tahu kelak bisa jadi ahli bahasa profesional. Terkait hal ini, Bukik menyarankan kepada para orangtua, alih-alih fokus pada profesi yang menjadi favorit saat ini, lebih baik fokus kepada kekuatan diri anak, kembangkan agar bisa bermanfaat bagi orang banyak dan dihargai oleh masyarakat (hal. 28).

Peran orangtua dalam mengeksplorasi bakat, kecerdasan, dan potensi yang dimiliki anak sangat penting. Bagaimana pun, pendidikan yang akan diperoleh anak pertama kali adalah dari lingkungan keluarga, terutama orangtua. Dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong, penulis memaparkan empat peran utama orangtua dalam pengembangan bakat anak, yaitu (1) menjadi teladan, (2) menciptakan suasana yang inspiratif, (3) menstimulasi anak belajar, dan (4) menyediakan kesempatan belajar. Satu hal yang perlu digarisbawahi tentang peran orangtua seperti yang telah diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, tidak butuh orangtua yang sempurna untuk melakukan pengembangan bakat anak. Pengembangan bakat anak hanya butuh kepedulian orangtua yang lahir dari cinta kasihnya kepada anak (hal. 196). Buku ini menyadarkan pembaca tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan anak dari fase eksplorasi hingga fase berkarir. Para orangtua dan guru akan mendapatkan banyak jawaban atas berbagai persoalan dan tantangan yang muncul pada zaman kreatif seperti saat ini. [RF. Dhonna]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊