Watiek Ideo dan beberapa buku karyanya (dok.Theografi)
Empat tahun sudah Watiek Ideo menekuni dunia
penulisan buku anak. Ratusan buku anak yang ia tulis telah terbit di berbagai
penerbit besar di Indonesia, diantaranya adalah Gramedia Pustaka Utama, Bhuana
Ilmu Populer, dan Elexmedia Komputindo. Energi untuk terus menulis pun seolah
tak pernah padam meski terkadang menemui beberapa hambatan atau penolakan.
Watiek bersyukur buku-bukunya selalu disambut baik oleh pembaca cilik.
Tahun lalu, ia menerima penghargaan dari sebuah penerbit besar sebagai penulis
buku anak terlaris. Baginya, itu bonus, karena yang paling membahagiakannya
adalah bisa memberi inspirasi kepada anak-anak.
Menjadi
Penulis Buku Anak
Sebenarnya
Watiek suka menulis sejak SD. Waktu itu, jumlah buku hariannya sampai
menggunung. Watiek juga hobi menulis surat untuk para artis cilik dan sahabat
penanya yang ada di berbagai kota. Selain menulis, ia juga gemar membaca.
Orangtuanya memfasilitasi anak-anaknya dengan beragam bacaan. "Momen yang
paling saya ingat, setiap hari Jumat, almarhum bapak selalu membawa majalah
anak untuk saya. Itu adalah momen yang paling saya tunggu,"
kenangnya. Tanpa disadari, kebiasaan membaca dan menulis itu ternyata
memantik kecintaannya terhadap dunia literasi, terutama literasi anak. Ditambah
lagi, Watiek suka berkhayal. Kebiasaan inilah yang membuatnya suka menulis
cerita fantasi yang penuh imajinasi.
Menjadi penulis buku anak sebenarnya tidak pernah
terlintas di benak Watiek. Semua berawal dari ketidaksengajaan. Sebelum serius
menggeluti buku anak, ia dan suami berbisnis kaus dengan nama brand Ideo Kids. Nama
inilah yang menginspirasi perempuan bernama lengkap Solikhatul Fatonah
Kurniawati ini memakai nama Watiek Ideo sebagai nama pena pada buku-buku yang
ia tulis.
Untuk
mendesain gambar pada kaus, ia kerap menjalin kerjasama dengan ilustrator.
Akhir 2010 lalu, seorang ilustrator memotivasi Watiek untuk mengirim cerita ke
penerbit yang biasa bekerjasama dengannya. Watiek pun mengajukan lima judul
cerita ke penerbit yang dimaksud. Tak disangka, semua diterima! Tentu saja ia
senang sekali. Setelah itu, ia pun ketagihan mengirim naskah cerita ke berbagai
penerbit.
Mendirikan
Rumah Baca
Semasa
kecil, Watiek bersekolah di sebuah sekolah dasar yang sederhana, jauh dari
kemewahan. Seperti sekolah kampung lainnya, kondisi sekolahnya sangat
memprihatinkan. Ruang guru bercampur dengan ruang kepala sekolah, sekaligus
berfungsi sebagai ruang sholat, perpustakaan, UKS, dan gudang. Buku-buku di
perpustakaan koleksinya terbatas, sudah kusam, menguning, bahkan beberapa
halamannya sudah hilang. Tidak ada buku baru yang berwarna-warni, ensiklopedi,
apalagi e-book
yang bisa diakses gratis dari internet. Meski demikian, perpustakaan adalah
tempat favorit Watiek. Membaca berjam-jam disana tidak terasa, karena ia merasa
terhibur dan memperoleh banyak pengetahuan.
Buku
sangat penting untuk pengembangan potensi diri. Sayangnya, tidak semua sekolah
atau kalangan, mampu menyediakan buku yang bagus dan menarik untuk anak-anak.
Jangankan membeli buku, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah.
Berawal dari keprihatinan inilah, dengan modal terbatas, alumni SMA Negeri 1 Lumajang ini nekat membuka
Rumah Baca (Rumba) Lintang di Desa Ngelom, Sidoarjo pada 14 November 2011.
Mayoritas penduduk di sana adalah kalangan menengah ke bawah. Para orangtua
kebanyakan buruh pabrik yang bekerja dari pagi hingga sore, sehingga anak-anak
jauh dari arahan dan bimbingan. Ini membuat Watiek merenung, betapa beresikonya
mereka untuk terjerumus ke dunia jalanan yang keras, misalnya menjadi pengamen
atau terjerat narkoba dan minuman keras.
Tak
disangka, responnya amat luar biasa. Sejak dibuka, lebih dari 50 anak aktif
menyewa buku. Watiek pun dibuat kewalahan dengan rasa haus mereka akan bacaan.
Hingga akhirnya, ia dan suami memutuskan untuk menggalang donasi dan buku bekas
dari beberapa rekan, baik di media sosial, maupun di komunitas-komunitas. "Alhamdulillah,
banyak pihak yang memberi dukungan. Hingga sekarang, sudah lebih dari 4000 buku
tersedia di sana," ujar perempuan kelahiran Lumajang ini penuh syukur.
Kelas Impian ala anak-anak Rumba Lintang (dok.Theografi)
Belakangan,
anak-anak Rumba Lintang membutuhkan aktivitas lain selain membaca buku. Maka,
tercetuslah ide untuk menyediakan permainan tradisional seperti egrang, congklak,
dan bekel. Tanpa disadari, Rumba Lintang pun akhirnya ikut ambil bagian dalam
upaya melestarikan permainan tradisional yang hampir punah tergerus
perkembangan jaman. Anak-anak Rumba Lintang kerap diundang tampil di
acara-acara besar, seperti pameran buku yang diadakan oleh Gramedia beberapa
waktu lalu.
Kelas
penulisan cerpen dan puisi juga diadakan untuk memacu anak-anak berkarya.
Sesekali, Watiek mengadakan 'Kelas Impian' yang mendatangkan rekan-rekannya
dari berbagai profesi untuk berbagi kisah hidup yang dapat memotivasi anak-anak
agar berani bermimpi besar meski dalam keterbatasan. Misalnya, pernah saat itu
Watiek mengundang rekan penulis dan penerjemah buku. Hasilnya, satu persatu
karya anak-anak Rumba Lintang berhasil menembus media cetak nasional.
Tak
terasa, kini Rumba Lintang berusia tiga tahun. "Saya berterimakasih kepada
pihak-pihak yang selama ini telah membantu, para donator, instansi, juga
penerbit-penerbit yang telah menyumbangkan banyak buku dan menyukseskan aneka
kegiatan di Rumba Lintang. Semoga kelak, dari Rumba Lintang muncul anak-anak
hebat dan berprestasi, yang bisa membuat Indonesia lebih baik lagi,"
harapnya.
Masih
banyak impian yang ingin ia raih. Di antaranya adalah mengajak anak-anak
Indonesia berpartisipasi aktif dalam Gerakan Anti
Kejahatan Seksual pada Anak melalui buku terbarunya, Aku Anak yang Berani,
Bisa Melindungi Diri Sendiri serta membuat Gerakan Cintai Kota
melalui buku Kisah
Kota Kita. "Sudah saatnya anak-anak ikut dilibatkan menjadi agen
perubahan bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Sebagai penulis buku anak, juga
pemilik rumah baca, saya sepenuhnya yakin dan percaya bahwa jika kita bisa
menyentuh hati seseorang saat ia masih kanak-kanak, kepedulian itu akan melekat
hingga ia tumbuh dewasa. Semoga saya masih bisa terus berbuat sesuatu,
khususnya bagi anak-anak Indonesia," pungkas Watiek. [RF. Dhonna]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊