Sekitar 2 bulan kemudian, naskah yang lolos tahap akhir
diumumkan, dan sayangnya, saya gagal.
Gagal di tahap akhir sempat membuat saya sedikit kehilangan semangat. Saya pun gamang, antara menulis kelanjutannya atau stop sampai disini. Saya pun memilih stop. Selain belum jelas nantinya kalau selesai ada penerbit yang mau nerima atau enggak, saya juga blank, nggak punya bayangan sama sekali akhir kisahnya seperti apa.
Gagal di tahap akhir sempat membuat saya sedikit kehilangan semangat. Saya pun gamang, antara menulis kelanjutannya atau stop sampai disini. Saya pun memilih stop. Selain belum jelas nantinya kalau selesai ada penerbit yang mau nerima atau enggak, saya juga blank, nggak punya bayangan sama sekali akhir kisahnya seperti apa.
Dengan berat hati saya simpan draf novel yang sudah setengah
jalan itu.
Tiba-tiba terbersitlah ide untuk meminta bantuan
teman sesama penulis untuk melanjutkan. Saya colek-colek teman saya itu, eh,
nggak nyangka, dia sangat antusias menerima ajakan saya untuk berduet menulis
novel. Pasangan duet saya ini, Mbak Inni Indarpuri, tidak hanya melanjutkan
novel ini sampai bab terakhir, tetapi sekaligus juga mengedit, memberi saran
ini itu, merombak jalan cerita, mendiskusikan berbagai hal dalam novel,
pokoknya seru!
September 2012 kami mencoba peruntungan ke sebuah penerbit
besar. Kami kirim novel duet kami ke alamat email yang tertera di laman fanpage-nya. Sebulan lebih menunggu,
kami belum mendapat konfirmasi penerimaan naskah (seharusnya ada, sekedar
memberi tahu bahwa naskah sudah diterima). Kami inbox salah satu editornya. Beliau
bilang, di email penerbit tidak ada
naskah novel yang kami kirim. Kaget lah kami. Ternyata alamat email yang
tertera di laman fanpage itu salah dan sudah tidak berlaku. Heran juga, mengapa
mereka nggak menggantinya ya? Padahal banyak juga lho yang mengakses fanpage penerbit itu. Setelah diberitahu
email barunya, November kami kirim ulang pengajuan novel duet kami kesana.
Setelah itu, suatu hari Mbak Inni ngobrol dengan editor
penerbit Kalika. Mbak Inni cerita kalau punya stok novel anak hasil duet yang
mengangkat lokalitas Kalimantan Timur. Rupanya
editor Kalika tertarik, dan memesan novel kami untuk diterbitkan di Kalika. Novel pun langsung kami berikan ke Kalika. Sebuah
kehormatan bagi kami, karena ternyata novel kami adalah novel pertama yang
diterbitkan Kalika! He he…
Kami mengusulkan kepada editor untuk menyelipi novel dengan
gambar ilustrasi karya ilustrator keren Iwan Darmawan. Editor menyetujui. Kerawing dan Batu Kecubung Biru pun naik
cetak.
Sekarang, aaah, rasanya legaaaa sekali melihat Si Kerawing ‘lahir’
dengan selamat ^_^. Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kelahiran novel ini. Semoga Kerawing dan
Batu Kecubung Biru menghibur dan bermanfaat. Amin
wah, segitu kerasnya ya perjuangan ... salut! terus berkarya mba Dhonna..... semangat... - Endah SA
BalasHapussuwun dukungannya mbak Endah... semangat juga buat sampean :)
Hapus