Selama ini mungkin kita sering mendengar
kalimat seperti ini, “Di belakang kesuksesan suami, ada istri yang luar biasa.”
Terus terang, saya kurang setuju dengan kalimat itu. Menurut saya, kata ‘di
belakang’ terasa kurang menghargai istri sebagai pasangan hidup. Arti kata
tersebut cenderung merendahkan posisi para istri.
Ibarat naik mobil, penumpang yang duduk di
samping sopir biasanya lebih diperhatikan daripada yang duduk di belakang
sopir. Dalam konteks rumah tangga, posisi ‘di samping’ itu menandakan
kesejajaran, kesetaraan, menggambarkan kondisi yang seiring sejalan, tidak ada
yang di depan atau di belakang, tidak ada yang superior atau inferior. Suami
istri berdampingan sebagai mitra, saling bekerja sama, saling bertanggung
jawab, tidak ada ‘ini bagianmu, itu bagianku’. Senyampang salah satu pihak bisa
melakukan-lakukan, tidak perlu ada pembedaan peran. Suami saya misalnya, ketika
saya sibuk memasak di dapur dan tidak bisa ditinggal, dia nggak keberatan ketika saya mintai tolong belanja cabe dan bawang
di tukang sayur.
Sebagai seorang istri, saya merasa penempatan
‘di samping’ dan ‘di belakang’ itu sangat berbeda. Jika seorang suami memosisikan
istrinya ‘di samping’, ia akan selalu mengajak diskusi sang istri tentang apa
pun yang berkaitan dengan rumah tangganya. Para suami akan melibatkan istri
dalam segala hal, serta mendengar suaranya sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
Kondisi yang saya sebutkan di atas tidak akan
terjadi jika istri ditempatkan ‘di belakang’.
Posisi ini justru memantik potensi egoisme para suami. Saya sering
menyaksikan kondisi seperti ini di sekitar saya. Gemas rasanya melihat para suami
bertindak ‘semau gue’ pada istrinya. Suami punya hutang dimana-mana, istrinya
tidak tahu. Tiba-tiba ketika sudah cerai banyak orang menagih hutang si suami
ke istri yang tidak tahu apa-apa itu. Atau, suami dapat banyak uang, istrinya nggak dikasih, bahkan nggak tahu karena uangnya diumpetin sama suaminya. Istri dianggap
‘tidak perlu tahu tentang apa pun’.
Contoh lain, di keluarga saya masih ada para
suami yang hanya memberi uang belanja ketika istrinya meminta. Menurut saya,
ini sudah keterlaluan. Kesannya istri kok
diperlakukan seperti peminta-minta. Padahal rejeki para suami itu datang dari-Nya
karena campur tangan istri juga. Miris…
Menurut saya, kata ‘di belakang’ pada kalimat
“Di belakang kesuksesan suami, ada istri yang luar biasa” sebaiknya direvisi
menjadi ‘di samping’. Kata ‘di samping’
terkesan lebih menghormati keberadaan istri. Pola relasi yang terbentuk pun
bukan pola atasan-bawahan, melainkan pola partner.
Para suami ditakdirkan sebagai pemimpin,
sedangkan para istri adalah wakil yang bertugas mendampingi pemimpin, dan
posisinya tepat di sebelah suami. Sebagai pemimpin, para suami yang menempatkan
sang istri sejajar dengannya tidak akan berbuat sewenang-wenang atau bersikap
menguasai.
Idealnya, para istri merasa lebih nyaman jika
diperlakukan sebagai partner berjuang oleh suaminya. Partner berjuang untuk
meraih kesuksesan, meraih kehidupan yang lebih baik, dan mencapai kebahagiaan
dunia-akhirat. Sinergi yang baik antara suami dan istri adalah salah satu kunci
untuk menciptakan rumah tangga yang berprestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊