Pada bagian sebelumnya saya sudah cerita tentang embrio novel ini
Saat lolos tahap pertama dan dinyatakan berhak mengikuti
workshop, saya sempat mempresentasikan sinopsis novel ini di depan redaktur
penerbit penyelenggara. Disaksikan puluhan peserta lain yang mengikuti workshop, saya kemukakan alasan-alasan
saya, mengapa saya mengangkat isu pelestarian alam. Saya sadar tema yang saya
pilih ‘terlalu berat’ untuk anak-anak, karena di dalamnya menyinggung masalah
maraknya penambangan batubara di bumi Kalimantan Timur. Tetapi saya maju terus
dengan semangat ingin mengusung sesuatu yang Indonesia Banget!
Lebih dari itu, jauh di lubuk hati, sebenarnya saya sangat
prihatin dengan kondisi alam Kalimantan Timur. Setiap berkunjung ke pelosok
Kalimantan Timur untuk mengajar para mahasiswa yang kuliah jarak jauh, selalu
ada yang membuat hati saya miris. Sepanjang perjalanan, saya menyaksikan
bukit-bukit dikeruk untuk penambangan batubara, sementara banyak bekas
penambangan yang ditinggal begitu saja tanpa diuruk kembali, jalan-jalan utama
rusak parah, dsb. Belum lagi berita-berita sadis tentang penembakan orang utan
di belantara Kalimantan Timur. Ngeriiii…. Selain itu, saya juga prihatin melihat
potensi wisata alam di Samarinda, ibukota Kalimantan Timur, yang tidak
terkelola dengan baik. Air Terjun Tanah Merah, Kebun Raya Unmul Samarinda, dan
Desa Budaya Pampang misalnya, seandainya pemerintah mau memerhatikan, tempat-tempat
itu pasti bisa mendatangkan banyak pengunjung. Selama ini spot-spot menarik itu
sepi pengunjung karena pemerintah setempat mengabaikannya, malah cenderung
mendukung pembangunan mall-mall besar yang membuat Samarinda semakin semrawut
dan rajin disambangi banjir. Itulah mengapa, keinginan menulis cerita
bersetting Kalimantan Timur begitu kuat mendesak tangan, hati, dan pikiran saya.
Lalu, mengapa saya memilih genre fantasi? Anak-anak menyukai
kisah-kisah fantastis. Saat saya kecil pun, saya suka cerita-cerita semacam itu.
Hal-hal ajaib, yang misterius, yang sakti dan di luar nalar membuat saya
tertarik untuk membaca. Cerita fantasi bermanfaat untuk mengasah daya imajinasi
anak.
Kembali ke perjalanan saya melewati tahap demi tahap seleksi
first novel.
Begitu lolos tahap sinopsis, berikutnya saya harus
menyerahkan dua bab pertama untuk diseleksi lagi. Saya mulai berburu referensi
yang bisa membantu saya menggambarkan detail setting dan unsur-unsur cerita lainnya.
Saya pendatang di Kalimantan Timur sejak 2008. Sedikit banyak saya mengetahui
adat istiadat dan budaya masyarakat setempat. Namun saya masih merasa perlu
untuk menggali lebih dalam lagi melalui referensi-referensi yang saya
kumpulkan, baik dari pengamatan langsung, wawancara, koran, internet, maupun
dari buku-buku. Saya ingin serius menggarap novel anak ini. Meski mungkin sedikit,
melalui novel ini saya ingin berkontribusi dalam mengampanyekan let’s go green, save the earth serta ingin mempromosikan potensi wisata alam-budaya
Kalimantan Timur.
sebagian referensi yang saya gunakan untuk menulis
Rampung menggarap bab 1 dan 2, sebelum mengirim untuk
seleksi tahap kedua, saya sempat meminta seorang teman sesama penulis, Widya
Rosanti, untuk mengomentari tulisan saya. Komentarnya yang positif turut mengobarkan
semangat saya untuk menyelesaikan novel ini. Dan saat dinyatakan lolos ke tahap
ketiga, membuncahlah kebahagiaan saya. Dari tahap akhir ini akan dipilih 3
naskah yang akan diterbitkan. Saya menulis hingga bab 7, dan segera saya kirim
untuk seleksi akhir. Bayangan buku ini akan diterbitkan menari-nari di pelupuk
mata.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊