Judul: Paradigma
Sosiologi Sastra
Penulis: Dr.
Nyoman Kutha Ratna
Penerbit:
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tebal: 320 + xii
halaman
Cet.I: Mei 2003
Sejak
dulu, buku-buku sastra dianggap langka karena merupakan ilmu yang kering dan
dengan sendirinya memiliki konsumen yang terbatas. Konsekuensi langsung yang
ditimbulkan adalah langkanya bahan-bahan bacaan untuk mempermudah memahami
karya sastra, baik bai mahasiswa maupun para peminat sastra pada umumnya.
Buku
ini merupakan langkah awal mengenai konsep-konsep Sosiologi Sastra sekaligus
dapat direkomendasikan sebagai salah satu sumbangan dalam rangka menopang
perkembangan Sosiologi Sastra Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai adalah
mencoba memberikan sudut pandang yang berbeda (meskipun tidak secara
keseluruhan baru) terhadap aspek-aspek kemasyarakatan sastra.
Seperti
diketahui sejak tahun 1970-an sampai saat ini, Sosiologi Sastra pada dasarnya
tidak berbeda dengan analisis struktural sebagai kritik ekstrinsik dalam pengertian
tradisional. Konsep-konsep yang dikemukakan dalam buku ini bermaksud untuk
mempertimbangkan hakikat Sosiologi Sastra sebagai kualitas yang seimbang antara
sastra dengan masyarakat. Sosiologi Sastra harus keluar dari paradigma
strukturalisme murni, meskipun bukan di luarnya. Sosiologi Sastra harus
membangun komunitas baru, sebab hanya melalui kenyataan tersebut, energi karya
sastra dapat ditampilkan.
Di
satu pihak, Sosiologi Sastra dianggap sebagai disiplin yang baru. Di pihak lain
sebagai antardisiplin, Sosiologi Sastra pada dasarnya melibatkan berbagai
konsep yang diadopsi melalui ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi,
serta konsep-konsep mengenai kebudayaan pada umumnya.
Meskipun
belum menemukan pola-pola analisis yang dianggap memuaskan sebagai akibat
usianya yang relatif muda, Sosiologi Sastra mulai memperhatikan karya seni
sebagai bagian integral masyarakat. Tujuannya jelas untuk memberikan kualitas
yang proporsional trhadap dua gejala, yaitu sastra dan masyarakat. Proporsional
dalam hal ini dimaksudkan bahwa dominasi karya seni sebagai imajinasi dan
kreativitas mulai dipertimbangkan sebagai imajinasi dan kreativitas milik
bersama. Dengan kata lain, Sosiologi Sastra lebih banyak memberikan perhatian
pada peranan masyarakat, karya sastra lebih banyak dipengaruhi daripada
mempengaruhi.
Sosiologi
Sastra memiliki tujuan positif untuk mengembalikan karya seni yang sejak
berabad-abad dipinggirkan dan disubordinasikan, ke dalam kerangka pemahaman
yang lebih bermakna, sebagai pusat yang baru. Dengan demikian, Sosiologi Sastra
juga menyadarkan agar subjek memberikan makna kepada seluruh aspek kehidupan,
sehingga benda-benda selalu terlihat baru, seakan-akan untuk pertama kali.
Sebagai
pendekatan antardisiplin, Sosiologi Sastra tidak harus berfungsi untuk memahami
lebih jauh sebuah cerpen/novel. Sosiologi Sastra dengan sendirinya juga
bermanfaat bagi ilmuwan sosial (sejarawan, antropolog, psikolog, dsb). Kemudian
sebagai disiplin yang berdiri sendiri, Sosiologi Sastra harus menawarkan metode
dan teori yang baru, yaitu cara-cara yang khusus dikemas sesuai dengan hakikat
karya sastra.
Buku
ini tidak bermaksud untuk menyajikan metode dan teori yang siap pakai,
melainkan semata-mata mengajak para pembaca untuk berdiskusi mengenai
kemungkinan dalam mendekati sastra. Fokus utama diskusi adalah adalah
antarhubungan karya sastra dengan masyarakat. Tujuan yang bersifat agak
pragmatis yang hendak dicapai yaitu mengembalikan karya pada kompetensi
masyarakat. Karya seni diciptakan dengan tujuan tertentu, termasuk suprakarya.
Dengan demikian, setiap karya sastra memiliki fungsi dalam menopang interaksi
stuktur sosial, mekanisme sosiokultural, termasuk dalam mengantisipasi
degradasi mental.
Masalah
lain yang juga hendak dikemukakan dalam buku ini, di satu pihak, masih
banyaknya anggapan bahwa kualitas estetis karya sastra tidak bisa
dianalisis dengan memanfaatkan metode
dan teori. Di pihak lain, sebagai aktivitas kultural, karya sastra hanya
berfungsi sebagai gejala sekunder. Kemudian sebagai bagian integral struktur sosial,
karya sastra adalah energi itu sendri, yang melaluinya dimungkinkan untuk
mengevokasi mobilitas struktur sosial, sekaligus dengan menampilkan kualitas
objektif.
Akhirnya
sebagai gejala yang didominasi oleh imajinasi, bukan berarti karya seni tidak bisa
dipahami secara ilmiah melalui disiplin yang lain, karena Sosiologi Sastra
adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek
kemasyarakatannya [RF. Dhonna]
*tulisan ini dimuat di Komunikasi edisi tahun 26/231/2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊