Translate

Minggu, 08 Juni 2008

nokia 3310-ku

Seorang teman pernah bertanya padaku, "seandainya ada orang yang pengen nukar hape nokia 3310 kamu dengan hape keluaran baru yang lebih canggih, kamu mau nggak?" Tanpa pikir panjang, kujawab, "nggak mau!"
Ada banyak alasan, kenapa hape yang sekarang dianggap kuno itu kupertahankan. Hape itu punya nilai historis tinggi. Aku harus bersusah payah mendapatkannya.
Nokia 3310 yang sampai detik ini masih 'sehat' itu kubeli dari hasil keringatku sendiri pada 22 Oktober 2004 silam seharga 400 ribu. Hape itu--meski seken-- kubeli dalam kondisi cukup baik, lengkap dengan ces asli dan box-nya. Jauh sebelum itu, aku sangat menginginkan sebuah hape. Meski jelek nggak pa-pa, yang penting bisa dipakai telpon dan sms. Makanya, ketika akhirnya aku bisa beli hape, aku seneeeng banget.
Sebagai mahasiswa yang punya mobilitas tinggi (cie..), aku merasa sangat terbantu dengan adanya hape. Prinsip kerjanya yang memudahkan komunikasi benar-benar aku rasakan.
September 2004, redakturku di Majalah Komunikasi menawariku sebuah side job. "Mau nggak jadi panitia pameran buku internasional? honornya lumayan lo." Mendengar kata honor, tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mengiyakannya (maklum, lagi maruk-maruknya, he-he..). Ini kesempatan emas untuk menambah isi dompet yang hampir tiap bulan selalu minus.

Tugasku di pameran itu nggak begitu sulit, cuma bantu-bantu nyari + nglobi sponsor. Kalau gol, tentu saja aku dapat insentif. Lalu pada hari-H pameran, tugasku menjaga meja terima tamu, 1/2 hari 25 ribu plus makanan buat berbuka puasa (waktu itu bulan ramadan), sedangkan even akbar dalam rangka memperingati Lustrum X kampusku itu digelar selama 2 minggu. Total insentif yang kuterima cukup lumayan.
Mungkin karena kecapekan selama 1 bulan kesana kemari nyari sponsor, jaga pameran, + lagi puasa juga, begitu even selesai, aku ambruk selama 1 minggu kena gejala tipus. Tapi 'penderitaanku' terbayar. Begitu sembuh, aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan, my first mobile! Aku puas bisa membeli sesuatu dari hasil kerja kerasku sendiri.
Sekarang, kalau ingat betapa ngoyonya 'perjuangan'ku waktu itu buat beli hape, rasanya aku semakin sayang sama--pinjam istilah seorang teman--berhala kecil itu. Uniknya, meski nokia 3310-ku itu sudah berkali-kali jatuh dari ketinggian (bahkan sampai pecah jadi 3) onderdilnya masih ok, gak pernah punya masalah kerusakan serius.
Itulah, kenapa aku nggak mau menjual nokia 3310 itu. Sekarang meski 'tentengan'ku sudah bukan nokia itu lagi, dia masih ada + masih berfungsi baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊