Kadang saya merasa putri
saya, Raya (7,5 tahun), suka melebih-lebihkan sesuatu alias lebay. Tapi tak
jarang kelebay-annya itu justru
mengundang tawa. Sampai emaknya gemas pengen nyubit *eh.
Seperti siang itu, pulang
main, Raya menangis sesenggukan.
“Kenapa, Nak?” tanya saya
khawatir.
“Aku habis jatuh buuun, hu hu hu,” adu Raya sambil menunjukkan
lutut kanannya yang lecet dan berdarah.
“Didorong temanmu, atau
jatuh sendiri?” kejar saya menginterogasi.
“Jatuh sendiri, hu hu hu, sakiiit,” keluhnya sambil
terus berurai air mata.
Cepat-cepat saya ambil
plester bergambar Princess Disney
yang saya simpan di kotak obat. Waktu membeli plester luka itu, saya sengaja
enggak ngajak Raya. Jadi dia enggak tahu tentang plester ini. Saat saya
menempelkan plester di lututnya, seketika Raya menghentikan tangisnya.
“Wah, plesternya bagus
banget, Bun,” Raya membeliak takjub, “beli dimana ini, Bun?”
“Di warung pojok,” sahut
saya.
“Bunda,” tiba-tiba Raya
mulai merengek lagi. “Aku semalam digigit nyamuk. Aku garuk kuat-kuat, trus kulitku baret-baret. Lihat deh,
Bun, ini, ini, dan ini,” kata Raya sambil menunjuk deretan baret di kaki dan
tangannya. “Sakit, Bun. Diplester juga dong, Bun.”
Eaaa,
mentang-mentang plesternya bagus, minta ditempel semua!
Lain waktu, Raya mengajak
saya bermain. Saya tunggu sampai lama, eh, dia tetap asyik dengan game di handphone.
“Dik, kalau minta main sama
bunda, taruh dulu hapenya,” pinta saya mengingatkan. Raya tak kunjung
menghentikan kegiatannya.
“Adiiiiik,” sengaja saya
tinggikan nada suara saya.
“Iya, iya, ini hapenya sudah takmatiin,”
ujarnya setengah manyun.
Sedetik kemudian, hape saya
berbunyi. Ada sms masuk. Saya pun langsung membalas sms itu.
“Bunda, ayo main sama adik, taruh
hapenya,” gantian Raya yang mengingatkan.
“Sebentar, ya.”
“Aaaah, Bunda, ayo!” Raya
mulai enggak sabar. “Bunda main sama hape. Emang anaknya Bunda itu hape ya? Trus aku anak siapa?”
Saya pun bengong maksimal [RF. Dhonna]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊