Si kecil saya, Raya (5,5) pernah masuk rumah sakit dua kali.
Pertama saat usianya belum genap setahun karena DBD. Kedua, setahun lalu,
karena gejala tifus.
Tidak ada seorang ibu pun yang mau anaknya sakit, begitu
pula saya. Apalagi harus menyaksikan anaknya terbaring di rumah sakit dengan
tangan diinfus. Saat paling memilukan bagi saya adalah ketika di depan mata ini
dokter menusukkan jarum infus ke tangan mungil putri saya. Duh, melihatnya
meronta dan menjerit kesakitan membuat saya ingin berteriak, “Tusuk saja tangan
saya, jangan anak saya!”
Raya termasuk anak aktif yang sangat cerewet. Saat dia
sakit, dunia rasanya sepi. Dia akan meringkuk di kamar sepanjang hari, bangun
hanya saat ke kamar kecil. Tingkah lakunya yang menggemaskan dan celotehnya yang
sering mengundang gelak tawa membuat saya dan suami selalu bersemangat
menjalani hari-hari yang sibuk. Karena itulah, saat si kecil sakit, rasanya
semangat kami ikut menghilang.
Ya, keceriaan anak memang membawa kebahagiaan untuk kedua
orangtuanya. Saat Raya sehat, kami selalu menemaninya bermain. Apalagi saat
akhir pekan, saya dan suami akan berusaha memberikan quality time yang pada hari-hari kerja tidak bisa sepenuhnya kami
berikan kepada si kecil. Saat itu, kami bertiga bisa bermain seharian di rumah.
Bermain masak-masakan, salon-salonan, mendongeng, dan sebagainya. Atau, kalau
cuaca sedang bersahabat, kami akan mengajak si kecil jalan-jalan. Tidak melulu
ke pusat perbelanjaan sih, karena kami tidak ingin mengajarkan pola hidup
konsumtif kepada si kecil. Biasanya kami pergi ke alun-alun di tengah kota. Di
sana si kecil suka memberi makan merpati dengan butiran jagung, lalu kami
biarkan ia berlarian kesana kemari mengejar merpati yang beterbangan di sekitar
taman alun-alun. Keceriaan terpancar jelas di wajahnya. Ah, menyaksikan anak sehat memang
meembahagiakan.
main salon-salonan sama ayah
Saya ingin anak saya selalu sehat. Sebisa mungkin saya
berusaha menjaganya dari sakit. Saat ini saya sedang kuliah lagi di sebuah PTN.
Di sela kesibukan kuliah, saya tetap memasak untuk keluarga, terutama untuk putri
tercinta saya. Sebelum berangkat beraktivitas, saya mewajibkan diri saya
sendiri untuk memasak menu sehat buat si kecil. Menu tersebut tidak harus
mewah, yang penting bergizi dan mudah memasaknya. Saya tidak mau anak saya
makan makanan dari luar rumah yang kebanyakan mengandung pengawet, penguat
rasa, pewarna, dan pemanis buatan.
Saya bersyukur, dalam hal menu makanan, sejauh ini saya
selalu bisa mempersembahkan yang terbaik untuk putri semata wayang saya. Ya,
bisa memasak menu sehat untuk si kecil setiap hari, mendapatinya selalu sehat
dan ceria, adalah momen yang paling membahagiakan bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar 😊